RUMUSAN DAN ALASAN PERSUASI YANG MEMATIKAN


Pada bab ini kita akan membahas hal-hal mendasar dalam komunikasi dan persuasi. Saya mengamati beberapa tokoh persuasi yang sangat powerful, yang ada di sekitar saya, dan mengamati guru-guru serta berbagai sumber mengenai komunikasi dan persuasi. Saya memilah dan memilih lalu menguji prinsip-prinsip dasarnya, dan saya menuliskanya dalam poin-poin pentingnya dalam bab ini. Tentu, arah pembahasanya dibatasi dengan perbedaan mendasar yang membedakan antara teknik dan ahli persuasi yang berhasil dengan yang tidak, yang efektif dan yang tidak.



Sebelum anda melanjutkan membaca dan mempraktikan isi buku ini, silahkan anda cermati dengan baik prinsip dasar umum ini, yang mungkin akan menghasilkan insights yang luar biasa dalam pola komunikasi dan persuasi anda selama ini. Sekali lagi, silahkan anda membaca sambil “mencocokkan” dan “mengevaluasi” pola komunikasi dan persuasi anda, menilai efektifitas anda selama ini. Dalam bab ini anda akan menemukan alasan dibalik kegagalan dan keberhasilan yang pernah anda buat.

Terjebak Emosi Sendiri
Pernahkah anda mengalami, saat sedang bercakap-cakap ringan atau dalam negosiasi atau dalam persuasi anda terbawa percakapan sampai meluas kemana-mana dan akhirnya berujung pada saling serang secara individual. Emosi tiba-tiba meningkat drastis dan tidak terkontrol dan komunikasi menjadi pertengkaran, adu pendapat, atau ajang gengsi-gengsian.
Kalau pun tidak sampai separah itu, setidaknya anda mungkin pernah merasakan bagaimana dalam proses komunikasi (untuk tujuan apa pun) emosi anda terbawa, lalu anda melupakan tujuan, lupa apa yang harus dikatakan dan bagaimana mengatakanya, atau setidaknya anda malah jadi terdiam hening menahan emosi. Lawan bicara anda mengambil alih kendali atas kondisi emosional anda; membuat anda jadi bad mood, putus asa, kecewa atau marah.
Emosi sangat sensitif, sehingga dengan persinggungan sedikit saja, maka dia bisa meluap dan tidak terkontrol lagi. Saat itu bahkan jika anda menguasai teknik-teknik paling dahsyat sekali pun, maka anda tidak akan mencapai apa yang anda ingin capai dalam proses komunikasi tersebut. Anda terbawa dan hanyut dalam emosi anda, sibuk dengan perasaan anda sendiri.

Tersesat di Pikiran Anda Sendiri
Jika pun anda tidak terjebak secara emosional, masih ada jebakan lain yang harus anda waspadai dalam proses komunikasi, sebab bisa saja anda sewaktu-waktu jatuh ke sana jika anda tidak benar-benar memegang outcome yang telah anda tentukan dengan baik, dan hal ini dialami banyak orang. Kenyataanya, hal ini jugalah yang menjadi salah satu sebab anda terbawa dalam luapan atau letupan emosional.
Ada beberapa jenis jebakan yang biasa dialami saat dalam proses komunikasi, saat anda terjebak dalam pikiran anda sendiri. Pertama, anda terlalu sibuk berpikir, sehingga anda tidak berinteraksi lagi dengan lawan bicara anda, namun berinteraksi dengan diri anda sendiri. Anda sibuk memikirkan apa yang harus anda katakan, bagaimana anda harus mengatakanya, dan bahkan anda sibuk menganalisis apa yang sedang lawan bicara anda pikirkan. Anda sibuk menduga-duga (bukan menganalisis) jika anda mengatakan apa dengan cara yang bagaimana, maka respon apa yang akan dikeluarkan oleh lawan bicara anda. Anda terjebak dalam pikiran anda sendiri.
Anda akhirnya terlalu banyak berpikir, dan tidak lagi berinteraksi secara efektif, tidak lagi interaktif.
Jenis jebakan pikiran lainya misalkan anda malah sibuk memikirkan hal-hal lain yang tidak ada dalam konteks komunikasi anda saat itu. anda memikirkan masalah anda sendiri, anda menganalisis barang atau kejadian yang terpajang di sekitar tempat anda berinteraksi. Anda sibuk dengan pikiran anda, kehilangan minat dan pada saat itu tentu saja anda kehilangan efektifitas anda dalam berkomunikasi.

“Terlalu Banyak Anda”
Pola umum lainya, yang biasanya menjangkiti orang yang terlalu kurang perhatian, terlalu narsis dan memerlukan banyak perhatian adalah, terlalu banyak hal tentang anda. Sedikit saja ada pembahasan tentang sesuatu, maka anda mengaitkanya dengan diri anda, masa lalu anda, milik anda, pencapaian anda dan hal-hal lain berkaitan dengan anda.
Jika anda memiliki terlalu banyak anda dalam interaksi anda dengan orang lain, maka komunikasi itu jadi semacam curhat dadakan yang membosankan. Tentu saja akan membosankan, karena orang lain biasanya akan lebih tertarik mendengarkan tentang diri mereka dibanding tentang anda.
Namun, pola kesalahan semacam ini saya yakin hanya menjangkiti beberapa orang, terutama mereka yang kemampuan komunikasinya sangat rendah, dan anda pasti tidak termasuk di dalamnya. Namun, sayangnya, anda sering kali dalam komunikasi seiiring berjalanya interaksi yang dinamis, bisa saja muncul godaan untuk mengisi komunikasi dengan “terlalu banyak anda”. Tentu saja anda boleh membicarakan diri anda, apa lagi jika diminta, namun kalau “terlalu banyak anda” biasanya akan membuat komunikasi jadi membosankan.

Kurangnya Magical Touch
Pernahkah anda melakukan komunikasi selama hampir berjam-jam dengan seseorang, namun lawan bicara anda masih nampak dingin dan ssangat sedikit respon yang diberikanya sesuai dengan apa yang anda harapkan? Malah, cenderung ingin segera mengakhiri komunikasi membosankan tersebut.
Alasanya, selama anda berbicara anda terlalu banyak membicarakan hal-hal membosankan, hal-hal yang hanya ada di permukaan, hanya berbentuk informasi untuk otak saja, tidak sampai menyentuh hati. Sehingga lawan bicara anda tidak bergairah dengan pembicaraan anda, sama tidak tertariknya dengan anak sekolah yang mendengarkan penjabaran teoritis di siang hari.
Lalu apakah magical touch yang menjadikan komunikasi anda menyentuh hati dan tidak membosankan, sebaliknya penuh gairah dan dinamika interaktif? Sentuh emosinya! Jika pun anda memberikan informasi tentang produk atau jasa anda, tekankan keuntungan emosional yang bisa diraihnya. Misalkan pun anda sedang mendengarkan pembicaraan lawan bicara anda, maka sekedar memberikan reflection of feeling, mengkonfirmasi perasaanya saat itu akan cukup menggairahkanya.
Namun, jika terlalu banyak unsur emosional juga akan tidak baik, terutama jika nanti arahnya mulai “menggila” dan anda tidak bisa mengendalikanya.
Seseorang akan tersentuh dalam suatu interaksi jika emosinya, bagian-bagian dalam dirinya terwakilkan.

Tidak Melihat Sisi yang Tidak Diperlihatkan
Manusia adalah sistem yang dinamis. Manusia terdiri dari berbagai komponen, dan dalam melakukan inetraksi dengan orang lain, berbagai komponen kepribadianya ini ikut terlibat sehingga mengakibatkan adanya dinamika dalam komunikasi dan dinamika di dalam dunia internalnya.
Anda bisa melihat reaksinya, anda bisa mengamati cara berpakaianya, anda bisa melihat lingkunanya dan banyak komponen lain di luar dirinya, komponen kasat mata yang bisa anda perhatikan, yang dalam intensitas tertentu memang bisa mewakili kepribadian atau dunia internal orang tersebut.
Namun seseorang selalu memiliki lebih banyak hal dalam dirinya selain yang dapat diproyeksikanya ke dalam cara berpenampilan dan tananan ruangan atau susunan kata serta cara mengatakanya. Anda harus masuk lebih dalam, ke hal-hal instingtif dan hal-hal yang menjadi “hidden driving force” atau daya dorong tersembunyi dalam dirinya.
Anda harus melihat apa saja yang diinginkanya, apa yang dihargainya (values) keyakinan-keyakinan (beliefs) yang dimilikinya serta prioritas (criteria) kehidupanya. Kebutuhan dasar mana yang tidak mampu dia penuhi, ambisi-ambisi dan impian-impian terpendamnya serta berbagai hal penting dalam dirinya, yang jika kemudian hal-hal ini anda kaitkan dengan tujuan-tujuan persuasi anda, dampaknya akan sangat jauh lebih dahsyat dari yang anda kira.



Kehilangan Momentum
Selalu ada saat yang tepat untuk setiap hal. Manusia bereaksi dengan cara tertentu berdasarkan konteks percakapan dan inetraksinya, yang dalam konteks lain reaksi, sikap, pemikiran dan keputusanya bisa saja sangat berbeda. Selain itu, bahkan saat anda sedang dalam interaksi anda harus memperhatikan momentum kapan harus diam, kapan harus bicara, kapan harus memberi dan kapan harus meminta.
Bahkan jika anda telah melakukan rapport dengan baik, melakukan proses komunikasi yang sudah sesuai dengan strategi yang anda susun dan segenap rencana anda berjalan lancar, anda bisa saja gagal dalam closing jika momentum yang anda pergunakan kurang tepat, apa lagi sampai salah.
Momentum diamati berdasarkan dinamika state orang tersebut, dan tentu saja dinamika lingkungan dimana interaksi berlangsung. Ketepatan waktu adalah salah satu senjata ahli persuasi.
Banyak orang yang masih belum yakin dengan momentumnya dan menunggu bukan karena hasil pengamatan, namun karena masih ragu-ragu, karena masih sibuk dengan pikiran sendiri. Atau ada juga yang “main tembak” karena terlalu percaya diri. Ketepatan momentum didapat dari hasil analisa, bukan dari tebakan atau jebakan rasa percaya diri berlebih.

Terlalu Banyak atau Sedikit Kata ???
Ada orang yang dalam berinteraksi mengeluarkan begitu banyak kata, mengatakan begitu banyak hal dan menyampaikan begitu banyak informasi. Ada pula yang menjadi kebalikanya, sangat hening, hanya mendengar, terlalu sedikit kata, bahkan minim komentar.
Makah dari keduanya yang lebih baik?
Memang, hal yang “terlalu” jarang baik, namun bukan itu konsen anda. Hal yang harus anda perhatikan sebelum anda terlalu banyak atau terlalu sedikit bicara adalah, manakah yang direspon dengan baik oleh lawan bicara anda, dan yang direspon dengan lebih baik oleh lawan bicara anda maka itulah yang lebih baik. Bukan orang lain yang akan menentukan mana yang lebih baik aman yang buruk, namun respon lawan bicara anda.
Jangan pula terjebak oleh kalimat semacam “dia suka orang yang banyak bicara” atau “dia suka orang yang pendiam”, semua tergantung konteksnya, sebab ada saja saat seorang yang suka dengan orang yang banyak bicara menginginkan lawan bicara banyak diam. Penentu terbaik anda selalu adalah respon yang anda terima dari lawan bicara anda.

Kata-kata yang Tepat, Tapi Cara Mengatakanya yang Tidak
Anda memang harus memperhatikan dengan baik kata-kata yang anda pilih dan susunannya dalam sebuah kalimat, sebab efeknya bisa sangat jauh berbeda. Bahkan sebuah kata bisa memiliki efek yang sangat dahsyat, apa lagi sebuah kalimat atau sebuah paragraf. Namun ada juga hal yang anda perlu perhatikan dengan sama baiknya, yaitu bagaimana anda mengatakanya.
Cara anda mengatakan sebuah kalimat akan memberi jiwa dan kekuatan yang berlipat pada kata-kata yang anda pilih. Cara anda mengatakanya meliputi jeda yang anda tempatkan diantara kata atau kalimat, intonasi, tinggi rendahnya nada, serta tentu saja bahasa tubuh dan gestur yang mengantarkan kalimat-kalimat anda. Jika anda menyesuaikan pola kalimat yang anda pakai, menguatkanya dengan cara mengatakan yang tepat dan konteks yang sesuai, maka anda akan mendapatkan hasil yang anda harapkan.

Anda Tidak Bisa Masuk Ruangan yang Pintunya Belum Dibuka
Banyak yang memulai pembicaraanya terlalu dini, sebelum momennya tepat. Lalu kapan momen yang tepat untuk “memulai” itu? saat rapport sudah terbentuk, saat chemistry sudah terjalin. Rapport yang baik seperti membuka pintu sebuah rumah, membuka pintu pikiran. Anda tidak bisa memasuki sebuah rumah sebelum membuka pintunya, atau sebelum pemilik rumah membukakan pintunya untuk anda. Saat dimana pintu pikiran terbuka itu adalah saat dimana rapport dan chemistry sudah terjalin dengan baik.

Anda Tidak Harus Mengatakanya
Persuasi dan komunikasi tidak bergantung dengan kata-kata, walaupun kata-kata merupakan salah satu kekuatan dalam persuasi dan komunikasi. Alasanya, pikiran manusia tidak hanya mengolah informasi yang berasal dari kata-kata. Malah, kata-kata bisa menjadi sangat tidak efektif dalam mempengaruhi pikiran seseorang, terutama jika kata-kata tersebut tidak tersusun dalam pola yang menghipnotis.
Manusia berkomunikasi dengan simbol, dan memiliki kecenderungan untuk menyimbolkan sesuatu, entah dengan kata, gestur, gambar atau apa pun. Memanfaatkan cara kerja pikiran seperti itu maka kita bisa mempengaruhi pikiran orang lain baik dengan kata-kata yang tersusun dalam pola menghipnotis maupun dengan cara-cara lain untuk memasukan “data” ke pikiran bawah sadar tanpa harus mengatakanya.
Kata-kata menjadi lemah karena saat mendengar kata-kata tersebut pikiran akan langsung menganalisa, menilai dan menganalisisnya. Jika anda ingin kata-kata anda memiliki kekuatan maka kata tersebut harus disusun dalam pola yang tidak dapat dianalisa pikiran sadar dan langsung menembus bawah sadar. Selain itu, bagaimana kata tersebut diucapkan, gestur dan bahasa tubuh yang mengiringinya dan lainya pun harus diperhatikan secara detail.

Memanfaatkan Daya Dorong Luar Biasa
Kita tidak akan bisa menggerakan seseorang untuk mengikuti sebuah pemikiran, untuk memakai sebuah jasa atau memakai produk tertentu, jika kita tidak menggerakan “daya dorong tersembunyinya”. Kita hanya akan membuang-buang waktu dengan memberikan berbagai informasi dan pertimbangan, namun hasilnya nihil. Sebaliknya, bahkan tanpa penjelasan panjang lebar sekali pun, jika anda menyentuh daya dorong internalnya, yang akan menggerakanya dengan kuat, maka dia akan tergerakan.
Salah satu daya dorong dalam diri manusia, yang jarang disadarinya yaitu daya dorong instingtif, dorongan kebutuhan dasar dalam diri, baik kebutuhan-kebutuhan psikologis maupun kebutuhan biologis. Bahkan orang bersangkutan sering tidak kuasa membendung kebutuhanya sendiri, karena saking kuatnya. Nah, jika daya dorong ini dimanfaatkan dalam persuasi, maka bisa anda bayangkan sendiri bagaimana besar dorongan yang dihasilkan dalam persuasi anda.
Daya dorong instingtif, naluri-naluri dasar manusia juga menjadi begitu kuat karena doronganya yang sering tidak disadari, dan dengan mudah bisa menjadi tidak terkendali.

NB :
Tulisan ini merupakan salah satu cuplikan dari Buku "The Hitler Effect"

Penulis : Putu Yudiantara ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel RUMUSAN DAN ALASAN PERSUASI YANG MEMATIKAN ini dipublish oleh Putu Yudiantara pada hari Selasa, 25 Desember 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan RUMUSAN DAN ALASAN PERSUASI YANG MEMATIKAN