Hukum
Dasarnya, Masih Sama
Hukum dasar yang dikemukakan oleh Siir Isaac
Newton berabad lalu masih berlaku, dan masih sama, yaitu hukum stimulus-respon,
dan tentu masih berlaku dalam persuasi. Hukum mendasar ini terlalu mendasar
untuk bisa kedaluwarsa, namun sayangnya terlalu mendasar juga untuk dianggap
penting.
Jika anda tidak memiliki pengamatan yang tajam
terhadap bagaimana reson yang anda terima dari stimulus yang anda berikan dalam
berinteraksi, maka anda hanya akan membuang-buang waktu. Banyak pembicara yang
terlalu sibuk dengan pembicaraanya sehingga lupa memperhatikan bagaimana
pembicaraanya tersebut direspon oleh lawan bicaranya.
Respon yang anda terima merupakan determinan
penting yang bisa anda pergunakan untuk “menentukan” apa yang berikutnya anda
katakan, bagaimana anda mengatakanya, dan penyesuaian-penyesuaian apa yang
harus anda buat agar anda mendapatkan respon yang lebih baik. Namun, jika anda
terlalu buta terhadap respon lawan
bicara anda sejak awal dan merangkainya dengan baik, maka saat anda mendapat
respon yang mengejutkan, lalu menyebutnya Black
Swan Effect.
Hukum dasar kedua, yang sudah sangat lama
keberadaanya, yaitu hukum reward and punishment pun masih berlaku dengan baik.
Jika anda tahu kondisi, topik dan hal apa yang perlu anda berikan reward karena
mendukung anda, dan mana yang akan anda berikan punishment karena tidak
mendukung anda, akan menentukan juga keberhasilan anda. Sebaliknya, jika
seeorang berbicara dengan topik yang akan menguatkan penolakanya pada anda, dan
anda pun terbawa pembicaraan tersebut, maka anda hanya akan menguatkan
penolakan yang akan anda terima.
Hukum-hukum dasar yang sudah sangat tua ini
masih sangat efektif, asalkan anda mempergunakanya dengan ketepatan yang
“menusuk”.
Over
Confident is Not Confident Anymore
Rasa percaya diri adalah komponen penting dalam
komunikasi dan interaksi. Jika anda tidak memiliki rasa percaya diri, maka
lawan bicara anda akan mengetahuinya, mereka akan menangkap sinyal-sinyal rasa
tidak percaya diri anda yang akan terwujud di wajah, mata, bahasa tubuh dan
cara bicara anda, lalu lawan bicara anda akan otomatis mendapatkan sense of power dan anda pun kehilangan
kendali atas komunikasi.
Namun jika anda terlalu percaya diri dengan
diri anda, maka anda akan memunculkan proteksi dari lawan bicara anda, anda
bukanya akan mendapatkan power dan
kendali, namun penolakan. Tidak ada orang yang suka menjadi lebih lemah dan
termanipulasi oleh orang lain, sehingga jika seseorang melihat orang yang
terlalu percaya diri, maka mereka cenderung akan memunculkan rasa tidak aman
dan tidak nyaman yang membuat pikiran tak sadarnya secara otomatis melakukan
berbagai proteksi untuk melindungi mereka. Keduanya adalah basic insting,
naluri dasar, dan jika anda berada di garis “terlalu” maka anda akan
mengaktifkan salah satunya, mengaktifkan proteksi atau memberi seseorang sense of ower yang membuat mereka sulit
anda pengaruhi.
Cara Mudah Agar Anda Mendapat Penolakan
(vibrasi dan refleksi Bawah sdar jangan sampai beda dengan kata yang Diucapkan)
Pikiran bawah sadar adalah pikiran yang
menyimpan memori jangka panjang, yang berarti anda memiliki semua memori
semanjak kelahiran anda sampai saat ini. Selain itu pikiran bawah sadar juga
memiliki kemampuan belajar yang sangat luar biasa, pikiran bawah sadar bisa
menganalisa pola-pola yang ada dalam dunia, termasuk pola komunikasi, pola
kebohongan dan kejujuran, dan inilah yang menyebabkan adanya semacam “intuisi”
kalau-kalau ada yang “janggal” dalam pembicaraan orang lain. Ada intuisi yang
menjaga anda yang dalam menganalisa orang lain, yang meski tidak bisa anda
jelaskan dengan detail, namun “firasat” itu bisa sangat kuat.
Alasanya sederhana, saat anda berkomunikasi
dengan seseorang, ikiran bawah sadar anda juga berkomunikasi dengan pikiran
bawah sadar orang tersebut. Bedanya, jika kata-kata dan berbagai reaksi “sadar”
bisa dikendalikan, maka reaksi-reaksi bawah sadar anda dan pikiran bawah sadar
lawan bicara anda berkomunikasi dengan sangat polos apa adanya. Sehingga, jika
kata-kata anda tidak senergis dengan “kebenaran” maka lawan bicara anda akan
menangkap sinyalnya dan meragukan anda
Pikiran bawah sadar merefleksikan niat-niat
tersembunyi anda, tujuan-tujuan anda dan pemikiran anda yan sebenarnya dengan
bahasa tubuh, cara bicara dan sebagainya.
Pikiran bawah sadar paling sensitif dengan
refleksi emosi, atau bagaimana perasaan anda yang sebenarnya. Jadi, tugas
pertama anda jika anda ingin menjadi orang yang benar-benar berpengaruh adalah,
pandai-pandai mengelola emosi-emosi dan perasaan-perasaan dalam diri anda,
sehingga pikiran bawah sadar anda akan secara otomatis memproyeksikanya tanpa
mengatakan apa-apa.
Anda tidak harus jujur atau selalu berniat
baik, namun jika anda ingin berbohong dan menyembunyikan niat khusus, maka
pastikan anda memiliki emosi dan kondisi (state) yang sesuai, sehingga anda
bisa berbohong dengan sinergis, dan tidak menimbulkan kesan-kesan aneh di
pikiran bawah sadar lawan bicara anda.
Mengalir,
Lalu Tenggelam
Pembicaraan yang mengalir memang selalu
menggairahkan dan menyenangkan, namun jika aliranya tidak sesuai dengan tujuan
komunikasi dan interaksi anda, maka anda hanya akan bergosip tidak penting
tanpa meraih apa-apa. Atau, lebih parah lagi anda terbawa ke dalam percakapan
yang jauh dari tujuan semula anda.
Aliran lain yang menghanyutkan dan
menenggelamkan para pembicara sehingga tidak mencapai apa yang ingin dicapainya
dalam percakapan yang dilakukanya adalah, berbicara apa adanya, tanpa skenario
apa-apa. Anda tidak harus memikirkan semua hal lalu berpegang padanya sebagai
panduan baku anda dalam berkomunikasi, namun menjadi fleksibel juga tidak
berarti “tenggelam” dalam ketidak pastian anda.
Sangat penting sebelum anda memulai pembicaraan
anda, anda merancang sedikit skenario bagaimana komunikasi tersebut akan
berjalan, apa yang akan anda katakan, bagaimana mengatakanya, memprediksikan
respon-respon lawan bicara anda dan mempersiapkan reaksi serta penanggulangan
yang sesuai. Tentu saja, dalam praktiknya anda juga harus fleksibel dan terus
membuat penyesuaian dengan berdasarkan stimulus-respon yang anda dapatkan dalam
kenyataanya.
Pastikan anda menentukan kemana aliran
sungainya, dan kemana alternatifnya, lalu secara fleksibel anda menggiring
lawan bicara anda ke dalam aliran tersebut. Namun, boleh saja jika anda lebih
suka tenggelam dalam pembicaraan lawan bicara anda, apa lagi jika itu
memberikan apa yang anda angankan.
Skenario yang anda susun bukanlah daftar
percakapan yang harus anda ucapkan, namun lebih pada strategi-strategi yang
akan anda gunakan, hal-hal dalam diri lawan dan di lingkunganya yang bisa anda
manfaatkan, serta rencana-rencana cadangan untuk antisipasi.
Kemungkinan-kemungkinan penolakan dan penerimaan, serta antisipasinya. Dengan
demikian, anda akan memegang kendali bagaimana dan ke arah mana percakapan anda
akan menuju.
Senjata
Makan Tuan
Terkadang, para pembicara yang baru saja
selesai training sebuah pelatihan komunikasi atau baru saja mempelajari
teknik-teknik persuasi mutakhir dari berbagai sumber akan secara percaya diri
menerapkan teknik tersebut dalam berinteraksi. Gairah ini sangat penting untuk
mengembangkan penguasaan (mastery)
dalam bidang keilmuan apa pun.
Sayangnya, gairah ini jika tidak dibarengi
dengan prinsip dasarnya, fleksibilitas dan eksperimentasi justru bisa menjadi
senjata makan tuan. Banyak orang yang karena terlalu yakin dengan teknik yang
baru dipelajarinya kemudian menjadikanya “aturan baku” dalam berinteraksi,
sehingga cenderung menjadikan interaksi jatuh ke dalam kekakuan atau jatuh ke dalam
kekecewaan.
Pentingnya mengetahui teknik-teknik persuasi
dan berbagai teori komunikasi efektif bukan untuk menjadikan anda semakin kaku
dalam teknik tersebut, namun menjadikan anda lebih fleksibel karena memiliki
lebih banyak senjata saat senjata lainya tidak memungkinkan. Anda memiliki
banyak pilihan serangan dan bisa merancang strategi dengan lebih baik, karena
banyaknya referensi.
Mengembangkan attitude seorang komunikator
ulung lebih penting dibanding teknik-teknik terapanya. Kalau pun anda mempergunakan
teknik tertentu boleh saja, bahkan sangat baik, namun teknik tersebut harus
dipergunakan dengan attitude yang sesuai, yang juga dijabarkan dalam bagian
buku ini.
LALU
APA????
Mungkin ada diantara anda yang bingung dengan
banyaknya teori dan perspektif. Berbagai macam teori dan perspektif komunikasi
tidak bertujuan membuat anda bingung atau overloaded informasi, namun untuk
membuat anda memiliki lebih banyak referensi dalam melakukan komunikasi anda
secara fleksibel.
Buku ini disusun dengan berbagai elemen
komunikasi, mulai dari pola kalimat dan kata-kata yang dahsyat sampai pada
pengembangan karakter yang sesuai dan pemanfaatan berbagai hal yang tadinya
terlupakan. jadi, dalam buku ini anda akan mendapatkan berbagai informasi dan
teknik yang anda butuhkan untuk menjadi seorang pakar persuasi, menjadi orang
yang memiliki pengaruh besar.
Robert Cialdini mengatakan bahwa persuasi
adalah science bukan seni, namun saya lebih suka menyebutnya seni. Anda bisa
menjadi seniman ahli dan menghasilkan karya seni yang luar biasa jika anda
memiliki teknik dan selera yang sesuai. Demikian pula dalam persuasi, anda
memerlukan teknik yang memang ampuh dan serangkaian sikap mental yang harus
anda campurkan menjadi satu dengan penuh “uji-coba”, rasa ingin tahu dan banyak
sentuhan keindahan di dalamnya. Selayaknya dalam seni, teknik tidak mengikat
namun membantu mewujudkan keinginan anda dengan lebih baik, dan jika anda terus
bereksperimen dengan memakai “hasil” sebagai patokan, maka anda bahkan bisa
menghasilkan teknik anda sendiri, yang bisa saja lebih dahsyat.
NB :
Tulisan ini merupakan salah satu cuplikan dari Buku "The Hitler Effect"