SISI GELAP, KSATRIA KEGELAPAN DAN MANIPULASI PIKIRAN

Mari belajar tentang sisi gelap manusia, dan mari belajar dari media yang sangat menyenangkan, yaitu Film, dan film yang sangat bisa mewakili pembahasan tentang sisi gelap manusia adalah Batman : The Dark Knight!

Ada banyak cerita dan petikan yang penuh insights dalam film Super Hero tersebut.

Kita, seperti Bruce Wayne, yang melewatkan hidup dalam "kesendirian" yang kemudian untuk mengisi kesendirian tersebut, maka kita mengikuti "kebutuhan sosial" untuk menjadi Super Hero. Kita semua ingin menjadi super hero, yang dipuja, dihormati, dikagumi dan dibutuhkan oleh masyarakat kita.



Kita memang memiliki kebutuhan-kebutuhan psikologis, untuk dihargai, dikagumi, dan kita sebua butuh untuk dibutuhkan. Karena kebutuhan-kebutuhan tersebut (kita pikir) baru kita dapatkan dari orang lain, maka mulailah kita menjadi apa yang orang lain butuhkan!

Kita memakai "topeng" yang disukai orag lain, dan menyembunyikan wajah asli kita, demi wajah yang akan membuat kita dikagumi, dihargai dan dibutuhkan. Seperti Bruce Wayne yang mengambil sosok Batman.

Namun, meski Batman dibutuhka, tetap saja Bruce Wayne merasa sendirian, kesepian.

Kemunculan Batman ini lah yang kemudian memunculkan The Joker, sosok misterius, gila, kejam, namun juga jenius dalam menjerumuskan!

Joker adalah refleksi sis gelap kita, atau yang dalam Psikologi Jungian disebut The Shadow, yang tidak dapat dipahami akal, yang tidak bisa diterima moral, dan tujuanya adalah "Hidup tanpa aturan!"

Joker melambagkan sisi dalam diri kita yang lelah, bosan dan benci dengan segala aturan yang berlaku di masyarakat, dengan segala kemunafikan dan kesemrawutan dunia. Joker melambangkan kebebasan, melambangkan dorogan insting yang sangat kuat, dorongan naluriah alamiah kita, dorongan "id" atau das isch!

"Jangan bicara seperti orang-orang itu, karena kamu bukanlah mereka, meski kamu ingin menjadi mereka!" Kata Joker pada Batman! Kata-kata serupa juga diucapkan sisi gelap kita pada kita, membujuk kita untuk tidak haya menjadi "apa yang orang lain inginkan" Namun menjadi apa jadinya kita.



Sayangnya, jika kita menjadi apa adanya kita, jika kita mengikuti keinginan Joker dalam diri kita, maka kita akan kehilangan rasa dibutuhkan, kehilangan rasa dihargai dan tidak lagi dipuja. Perasaan itu mengerikan, dan menyakitkan.

Satu sisi gelap akan menghasilkan sisi gelap lain, sebagaimana kita lihat, Joker membujuk Harvey Dents. Apa yang Joker lakukan untuk membujuk Harvey Dent? Apa yang dimanfaatkan Joker secara sangat tepat untuk membuat seorang pahlawan yang tadinya membela kebenaran, kemudian malah berubah menjadi iblis yang mengerikan dan membunuhi orang-orang tidak bersalah?

Kesedihan, putus asa, kekecewaan dan banyak "emosi gelap" dalam diri Harvey Dent yang dimanfaatkanya, sehingga melawan Batman.

Akhirnya, Joker bersama dengan Harvey Dent mengalahkan Batman, membuat seluruh kota diwarnai ketakutan, kegilaan dan kerusuhan.

Dalam diri, juga terjadi konflik-konflik semacam ini ...

Kita adalah Bruce Wayne yang berusaha menjadi orang yag dihargai, dihormati, dikagumi da dibutuhkan (super hero), yang mana aksi semacam itu kemudian membuat kita melawan bagian-bagian tertentu dalam diri kita, menekan insting-insting tertentu, kebutuhan-kebutuhan tertentu, naluri-naluri tertentu yang malah akan menjadikanya iblis yang lebih menyeramkan, The Joker.

"Aku harus tampil menjadi orang yang baik dan bijak" Kata sisi Batman dalam diri kita, lalu karena kita ingin menjadi demikian, kita menekan naluri-nluri yag akan membuat kita tidak menjadi orang baik, kita menekan kemarahan, kita menekan nafsu dan banyak naluri lainya, yang malah membuat kita tidak nyaman sendiri.

Akhirnya kita mengeluh ...
"Kenapa aku lelah dengan diriku sendiri"
"Kenapa kadang ada sisi dalam diriku yang sangat mengikan muncul"
"Kenapa aku merasa ada bagian dalam diriku yang selalu berusaha menyakitiku?"

Itulah Joker-joker yag muncul dalam diri kita.

Joker itu kemudian, di tengah kondisi-kondisi penuh tekanan akan memunculkan Harvey Dent, memunculkan sisi lain dalam diri kita yang sama menyeramkanya, sama kejamnya.


Coba perhatikan gambar di atas, tiap sisi gelap, tiap musuh-musuh Batman menyampaikan pesan-pesan khusus yang sebenarnya baik, dan demikianlah, karena pesan kebaikanya tidak bisa kita "tangkap" dengan baik, makanya mereka menjadi "musuh".

Ah... banyak lagi yang ingin saya dongengkan nati. Bahkan mengenal Joker dalam diri kita, dan menguasai skill Joker yang digunakan untuk memanipulasi Harvey Dent, sehingga merubahnya menjadi Iblis.

Jika kita tidak mengenal dan membongkar rencana-rencana dan metode-metode Joker, seperti di Film Batman Dark Knight, kitalah yang akan selalu "dikejutkan" dengan berbagai anarki dan "ledakan".
 

Mengendalikan Dorongan Kegelapan dalam Diri Manusia


“Tiap orang punya Sisi Gelap dan sekarang anda bisa belajar memberdayakanya. Atau anda lebih memilih diperdayainya?”


ü  Manusia katanya sangat cerdas, namun kenapa saat emosi memuncak bahkan seorang anak tega membunuh ibunya sendiri?
ü  Manusia katanya ciptaan Tuhan yang paling mulia, namun struktur berpikir macam apa yang menjadikan manusia menjadi kanibal hanya karena kelaparan?
ü  Dorongan macam apa yang menjadikan seorang ulama sekali pun melakukan pelecehan seksual?
ü  Ada bagian yang tidak kita mengerti tentang diri kita yang membuat kita melakukan apa yang bahkan kita tidak mau lakukan!
ü  kenapa kita melakukan sesuatu yang pada akhirnya kita sesali telah melakukanya?
ü  kenapa kita sering lepas kendali atas diri kita dan seolah menjadikan kita “orang lain”?
ü  Ada dorongan setan macam apa dalam diri manusia yang selalu membayangi kita namun tidak pernah kita mengerti?
ü  Keuntungan apa yang bisa kita dapatkan saat kita mampu menguasai dorongan tersebut?
ü  Jerman yang merupakan salah satu Negara Maju di dunia, namun kenapa mereka berubah menjadi “orang bodoh” yang mau-mau saja mengikuti rencana-rencana gila Adolf Hitler ?
ü  Teknik Persuasi macam apa yang dipakai oleh Hitler (yang katanya didapat dari salah satu penelitian psikologis mencengangkan) sehingga membuat dia yang tadinya hanya tentara biasa bangkit menjadi Penguasa Jerman, dan menjadi salah satu orang yang paling berpengaruh dalam sejarah?
ü  Ada terlalu banyak misteri dalam diri manusia yang sering membuat kita tidak mengerti diri kita sendiri.
(manusia dan sisi gelap yang diabaikanya)

Percaya atau tidak, Buku The Hitler Effect mengungkapkan semuanya untuk anda, sehingga anda bisa mendapatkan keuntungan maksimal darinya dalam segala bidang kehidupan anda (keluarga, percintaan, bisnis, pendidikan, spiritual dan pemberdayaan diri).

Sudah banyak buku mengenai persuasi apalagi Hipnotis di toko buku. Tapi buku ini jauh lebih dari sekedar Hipnotis atau persuasi, oleh segelintir kawan praktisi buku ini disebut “Kitab Sucinya Para Penghipnotis”, yang bahasannya jauh dari “sekedar” Hipnotis, NLP atau Persuasi. Buku ini tentang teknik-teknik paling “terlarang” dalam dunia Hipnotis, yang tidak banyak dituliskan sebelumnya, yang bukan hanya membahas sisi-sisi baiknya, namun juga sisi yang paling terlarang serta dirahasiakan. kemudian ada nama Hitler terpampang di judulnya, hal itu karena buku ini merupakan studi dari teknik persuasi dan manipulasi pikiran ala Adolf Hitler yang distruktur dengan Hipnosis dan NLP (Termasuk Neuro Semantic yang merupakan bentuk paling advanced dari NLP).

Tersusun dalam tiga bagian, bagian pertama membahas tentang bagaimana kehidupan kita sebenarnya diliputi oleh aktifitas “manipulasi pikiran” oelh media masa, dunia pendidikan dan pemerintahan, yang secara tidak sadar kita telah “menjadi korbanya”. Bagian kedua membahas tentang bagia-bagian paling kelam dari psikologi manusia, bagian yang disebut “sisi gelap” selain karena bagian tersebut memang “membutakan” juga karena bagian tersebut jarang disadari keberadaanya, meski memiliki daya dorong yang sangat besar. kita memiliki insting-insting kebinatangan dan kecanduan-kecanduan tersembunyi dalam diri kita, yang menjadikan kita melakukan apa yang kita lakukan dan mengambil keputusan-keputusan tertentu. Bagian tersebut, mengendalikan kehidupan kita tanpa kita sadari, dan bagian tersebut bila dimanfaatkan untuk memanipulasi pikiran seseorang, maka tidak seorang pun bisa menolaknya, sebab seseorang tidak bisa mengantisipasi senjata yang tidak bisa dilihatnya.

(Ada dorongan dalam diri kita yang menjadikan kita "orang lain" yang tidak kita kenal)

Di bagian tiga, ada banyak teknik dan trik menarik sekaligus sangat aplikatif dalam memanfaatkan metode Hipnotis Terselubung, NLP Manipulatif yang didapat dari teknik-teknik yang diterapkan Adolf Hitler untuk menggalang dukungan untuk menjalankan kegilaanya semasa perang dunia dulu. belasan teknik aplikatif ini akan  memberi anda “senjata siap pakai” dalam melakukan bujuk rayu dan dalam mempengaruhi peikiran serta perilaku orang lain.

Bagian paling menarik dari buku ini adalah, saat anda menemukan kebingungan dengan teknik yang disampaikan, saat anda ingin mengkonsultasikan isi buku dengan penulisnya untuk memastikan anda memahami isi buku ini secara mendalam dengan didampingi, maka penulisnya memberikan hak khusus bagi siapa pun yang memiliki Buku The Hitler Effect untuk melakukan konsultasi lewat email, facebook, twitter atau Black Berry Messager (BBM). Buku The Hitler Effect ini sepertinya benar-benar ingin memastikan agar anda menguasai semua yang diajarkan, tidak seperti kebanyakan buku di pasaran yang hanya diformat untuk mengiklankan program-program pelatihan dari penulisnya. Buku ini membuat anda bisa mengikuti pelatihand dari penulisnya, secara gratis dengan konsultasi privat via berbagai pilihan media social yang ada dewasa ini.

Semua yang saya ketahui tentang persuasi, manipulasi pikiran, Hipnosis dan NLP sudah saya tuliskan di buku The Hitler Effect, buku yang sangat langka karena memang diedarkan secara sangat terbatas, dan buku tersebut hanya bisa dipesan lewat penulisnya saja di (088 733 09247). Setelah anda melakukan transfer pembayaran, maka buku Super Ekslusif tersebut akan langsung diantarkan ke rumah anda.

Apakah yang dibahas masih pembahasan yang sama yang sering kali dibahas dalam berbagai pelatihan dan berbagai buku ? tentu saja tidak! Buku ini menjabarkan berbagai hasil penelitian psikologis terkini, berbagai teknik  advanced yang biasanya hanya diajarkan dalam kelas-kelas pelatihan internasional bertaraf Master, dan berbagai materi yang sebenarnya lebih baik jika tidak disampaikan. Mulai dari hasil research kondisi psikologis Adolf Hitler yang dilakukan oleh Walter C Langer pada Masa Perang Dunia II atas permintaan Badan Intellegent Amerika sampai membedah struktur persuasi Hitler dengan Neuro Semantic oleh L. Michael Hall, semua disajikan secara ringkas namun padat. Mulai dari hasil-hasil penelitian Carl G. Jung tentang The Shadows (anti-self) sampai pada pembahasan realita psikologis paling kontemporer abad 21, semua melengkapi The Hitler Effect dan menjadikanya sebuah panduan yang sangat-sangat sempurna dalam memahami kondisi kejiwaan manusia, entah anda memanfaatkanya untuk mempengaruhi anak atau pasangan, mempengaruhi bawahan atau pengikut atau sekedar mempengaruhi diri sendiri agar anda bisa menjadi diri yang anda inginkan.

Bukan hanya secara tampilan buku ini sangat mewah, namun secara konten, The Hitler Effect ini memiliki isi yang sangat padat, yang dibahas dalam 440 halaman (plus 40 halaman pendahuluan). Buku yang dikomposisikan dari ratusan buku Hipnotis, NLP dan Persuasi Luar Negeri ini memang layak menjadi koleksi anda, sebagai mana banyak master di dunia Hipnosis, NLP dan bahkan spiritual pun menyarankan demikian dalam testimoninya.

Spiritual? Apa kaitanya buku yang berisi tentang kuasa pengaruh, bujuk rayu dan Hipnosis ini dengan dunia spiritual? Kaitanya adalah, saat para spiritualis lebih sering membahas dan mempelajari tentang “bagian terang” dari dirinya, maka The Hitler Effect menghadirkan realita Psikologis yang menunjukan sisi lain manusia, sisi yang paling gelap dari manusia, yang jika tidak dikenali dan dikendalikan, dialah yang akan mengambil alih kendali atas diri anda!

(Mengendalikan sisi gelap dalam diri membuat kita benar-benar menguasai diri sendiri, dan mengendalikan sisi gelap dalam diri orang lain membuat kita bisa mempengaruhi pikiran dan perilakunya tanpa mereka sadari atau ketahui)

Jadi, Buku The Hitler Effect ini benar-benar untuk semua kalangan. Para spiritualis terbantu dalam perjalanan spiritualnya, para manager serta pemimpin mendapat trik aplikatif dalam menguasai dan mengendalikan bawahanya, para penjual akan mendapatkan cara ampuh untuk menjual produk atau jasanya, para guru akan mendapatkan cara yang paling teruji efektif untuk mengendalikan siswa-siswanya, para pegawai bisa mengendalikan bosnya, para lajang bisa mendapatkan pasanganya, dan para suami/ istri bisa mendapatkan cara untuk membuat pasanganya melekat terus padanya. Jadi, semua orang bisa mendapatkan manfaat dari The Hitler Effect, dan sekali lagi, atau jika anda adalah tipe orang yang sering “tidak dianggap keberadaanya” dan selalu menjadi korban pembodohan orang lain, buku ini menjawab masalah anda dengan solusi sederhana yang sangat aplikatif,  dan jika anda masih tidak mengerti dengan pemaparanya yang sudah sangat blak-blakan dan jelas, anda bisa berkonsultasi pada penulisnya kapan saja!

Saya tidak yakin anda akan menolak untuk memberi diri anda kesempatan untuk mendapatkan salah satu materi yang mungkin saja menjadi salah satu materi paling berharga dalam hidup anda ini…

(Buku he Hitler Effect mengajarkan anda bagaimana mengendalikan dorongan gelap dalam diri kita dan dalam diri orang lain dengan kerangkan kerja Hipnosis dan NLP)




Pengakuan Para Master Terhadap The Hitler Effect
“Sama seperti Pulau Bali telah menghipnotis seluruh dunia sejak dulu kala, buku paling bahaya inipun akan otomatis menghipnotis siapapun; siapapun kaum intelektual akan terpesona, karena otomatis buku ini akan sangat memperkaya pengetahuan pembacanya,
Buku yang berisi teknik komunikasi paling canggih dan bahaya ini ajaibnya ditulis oleh orang muda dari Bali yang di darahnya mengalir ‘darah resi’ yang sangat mengagumkan, sehingga pemikirannya mempesona siapapun…
Buku ini akan menghipnotis seluruh dunia, jadi beli buku ini, dan menjadi orang-orang pertama yang memilikinya”
ROMO DEWA
The Hypnotist
Penulis Buku Best Seller “Setiap Hari Menjadi Magnet dan Mesin Uang (Visi Media)” dan “Rahasia Dewa Hipnotis (Gramedia)”
Presiden ENH (Enclusive Hypnosis Network)
Pembicara Nasional

"Buku-buku bertemakan persuasi dengan basis Hipnosis & NLP banyak bertebaran di Indonesia, namun cenderung hanya berupa 'copy-paste' dari literatur luar negeri tanpa buah pemikiran yang jelas dan aplikatif. Namun 'Hitler Effect' justru berbeda, dengan pemikiran yang tegas dan berwawasan luas dari penulisnya, buku ini dapat disetarakan layaknya buku-buku pengembangan Hipnosis & NLP dari pakar-pakar luar negeri! Dan, beruntunglah, penulisnya merupakan anak bangsa negeri ini!"
WILLY WONG
Pengamat / praktisi Hipnosis, NLP, serta berbagai teknologi pikiran
Penulis Buku “Dahsyatnya Hipnosis” dan “Membongkar Rahasia Hipnosis”
www.willywong.net | www.trancesetter.com | www.mindrascal.com


 “Sudah menjadi kebiasaan saya, bahwa ketika saya membaca buku, yang saya cek pertama kali adalah bagian daftar pustaka dari buku tersebut, begitu juga pada waktu saya membaca buku Hitler Effect karya Putu Yudiantara. Setelah saya cek, saya berdecak kagum, karena melihat ratusan buku berjejer di bagian daftar pustaka buku tsb.
Saya hitung, satu per satu, jumlah buku pada daftar pustaka buku Hitler Effect tersebut ada lebih dari 100 buku. Tidak tanggung-tanggung, hampir semua buku yang ada pada daftar pustaka tsb adalah buku-buku dari luar negeri, langsung dari para pakar hipnosis, hipnoterapi dan NLP berkelas internasional. WOW!
Jadi, dengan saya membaca buku ini, berarti kita sedang membaca intisari dari lebih dari 100 buku hipnosis, hipnoterapi dan NLP berkelas internasional yang dipandu oleh Putu Yudiantara yang juga merupakan praktisi hipnosis, hipnoterapi dan NLP yang sudah banyak berguru pada para master di Bali, Indonesia dan bahkan Luar Negeri.
Satu per satu bab dalam buku The Hitler Effect saya cermati, dan saya seakan-akan terhipnotis dengan berbagai info yang mendalam tentang analisa psikologis dari der Fuhrer / Sang Pemimpin (gelar pimpinan tertinggi yang diberikan oleh bangsa Jerman pada Adolf Hitler), yang disegani oleh para tokoh occultism di Jerman, termasuk Dietrich Eckart, mentor beliau sendiri.
Analisa psikologis yang dilakukan oleh Putu Yudiantara pada der Fuhrer tsb sangat mendetail. Lebih jauh lagi, Putu Yudiantara mampu memberikan penjelasan berbagai macam trik dan teknik psikologis yang dilakukan oleh Hitler dalam propaganda beliau, sehingga mampu menghipnotis ribuan bangsa Jerman saat itu, sehingga mau dan tunduk pada sabda dari der Fuhrer.
Saya sangat merekomendasikan buku Hitler Effect ini untuk semua masyarakat dari berbagai lapisan kesadaran, tidak hanya orang-orang yang mempunyai profesi dalam bidang psikologi, marketing dan personalia saja, karena dengan membaca buku ini, masyarakat dapat terbantu untuk mengenali serta memahami sisi-sisi gelap dalam diri mereka, yang merupakan kelemahan setiap manusia, yang oleh C.G Jung, disebut sebagai arketipe "Bayangan", sisi tergelap dari manusia, the (s)inner side of all human beings, sehingga dengan pemahaman akan sisi-sisi gelap dalam diri mereka, maka akan memudahkan mereka untuk mengarahkan sisi-sisi gelap tsb ke sisi-sisi terang dalam diri mereka.
Salam,
HASIBUAN SANTOSA.
Professional mind trainer, mind consultant dan hipnoterapis di Training Centre Hipnotika - Jasa Psikologi Indonesia, Surakarta.
Penulis buku “The Key to Miracles”


“Setelah saya selami halaman demi halaman, hanya dua kata untuk buku ini LUAR BIASA!! Disini pembaca selain diajak mengetahui trik teknik Propaganda persuasi ala Adolf Hitler, pembaca juga dijejali teknik-teknik NLP ( Neuro Linguistic Programming ) tanpa perlu pembaca membeli buku NLP lagi, jadi membeli buku ini seperti buy one get one free, dapat 1 pemahaman tentang Adolf Hitler ditambah dapat pengetahuan NLP pula, bahkan lebih dari itu, di buku ini juga disertai pemahaman-pemahaman Hipnosis dan Psikologi mendalam.
Saya hanya berdecak kagum dan sedih… Loh kok sedih, iya jelas-jelas sedih, karena buku ini bila jatuh ke tangan orang yg salah takutnya disalahgunakan untuk hal yang engga-engga… karena buku ini disatu sisi bahaya,karena bisa mengisfirasi orang untuk memanipulasi orang lain, akan tetapi saya sadar justru buku ini memang harus segera diterbitkan karena dengan mengetahui trik-trik manipulasi justru kita bisa lebih waspada dari hal-hal kegiatan-kegiatan manipulasi yang setiap harinya ada dilingkungan kita, selain itu buku ini bisa menambah wawasan pembaca tentang teknik-teknik NLP,hypnosis dan juga psikologi.

saya rekomendasikan buku ini cocok untuk masyarakat umum dan khususnya bagi sales,negosiator,para pemimpin,bagi orang-orang yang ingin meningkatkan skill komunikasi lebih khusus buku ini sangat wajib dibaca oleh para praktisi NLP, Hipnosis dan para psikolog.
TRESA SAEPUTRA
Praktisi NLP -NLP Master Practitioner
Pakar Gendam


"Saya tidak melihat Hilter Effect ini sebagai sebuah karya yang mudah dipahami, justru butuh waktu dan keseriusan seorang pembaca dalam menelaahnya .. karena ini memang bukan bacaan orang awam, ini bacaan untuk seorang pengendali manusia .. Jelas, ini bukan buku biasa, ini buku luar biasa."
IFAN WINARNO
Founder “Quantum X-Formation”


“Hitler Effect? Dua kata dengan satu makna ini lah yg masuk ke dalam pikiran saya ketika membuka buku ini. Langsung imajinasi saya terbang, pertama ke Hitler, dan kedua ke makna dari kata effect. Saya mengerti siapa Hitler, dengan pengertian yg lebih daripada umumnya orang Indonesia. Tapi tentu saja itu tidak perlu. Saya tahu maksud penulis cuma untuk menarik perhatian para pembaca agar fokus. Fokus kepada suatu simbol yg diharapkan bisa membuat mereka tertarik. Simbol yg bisa digunakan tentu saja banyak. Dan penulis mengambil Hitler sebagai simbol. Ada harapan dari penulis disitu. Dan cuma bisa bekerja kalau harapannya itu mengena. Kalau calon pembaca juga mengenal siapa itu Hitler. Kata kedua yg digunakan adalah effect, dan saya diamkan saja itu. Kalau saya mau konsentrasi, saya bisa memperoleh maknanya dalam bahasa Indonesia, yaitu dampak. Hitler Effect berarti Dampak Hitler. Terhadap apa? Terhadap para pemirsanya, tentu saja. Pemirsa? Ya, pemirsa. Ada yg dikomunikasikan, ada yg mengkomunikasikan, dan ada menjadi sasaran komunikasi itu. Kaum sasaran adalah pemirsa. Buku ini tentang komunikasi yg efektif.. Ditulis dari sudut pandang NLP, yg menurut saya berkaitan dengan dekonstruksi dan rekonstruksi sudut pandang. Anda tinggal baca dan praktekkan. Belajarnya dari praktek menurut saya, bukan melulu dari teori yg tidak akan membawa perubahan apa pun.. Buku ini salah satu panduannya”
LEONARDO RIMBA
Spiritualis, penulis buku "Psikologi Tarot", "Membuka Mata Ketiga", dan "Pelangiku Warna Ungu", Jakarta.


“Temukan sisi lain dari kekuatan maha dahsyat yang anda miliki. Pastikan anda pegang dan baca buku ini”
NYOMAN SUKADANA
Penulis Buku-Buku Marketing dan Bisnis, Coach dan Pembicara Nasional, Owner Elizabeth International School


“Sebelum saya membaca buku ini, yang ada dalam pikiran saya adalah sebuah buku tentang Teknik-Teknik yang dilakukan oleh Hitler, semasa menjadi Penguasa, namun setelah saya membacanya dengan seksama, rupanya ebook ini benar-benar luar biasa, sangat cocok dibaca oleh salesman, marketing, leader yang ingin meraih kesuksesan di dalam profesinya.
Teknik-Teknik dalam buku ini sangat luar biasa sekali, dilengkapi dengan contoh-contoh.
Selamat untuk bro Putu Yudiantara, seorang Pemuda yang sangat luar biasa anTusias, Terus Berkarya,”
Salam anTusias,
JOHANES ARIFFIN WIJAYA
@johanesaw, Life Inspirator dan Penulis 25 Buku, http://www.johanesaw.com
 

JADIKAN DIRI ANDA SEBAGAI “JAWABAN” DAN “PEMUASAN” KARENA ITULAH YANG BENAR-BENAR MEREKA INGINKAN



Menjadikan diri anda sebagai otoritas merupakan sebuah prinsip dasar yang harus anda miliki dalam menjadi seorang Penghipnotis. Prinsip sederhana namun penuh daya yang akan menjadikan setiap anda segesti. Anda akan mencapai pengaruh dan kuasa luar biasa pada orang lain.

Sementara para penghipnotis (?) lain masih berkutat dengan kata-kata dan berbagai aturan, namun belum mencapai “hasil” yang diinginkan karena kehilangan “roh” sejati dari Hipnotis, anda menjadikan diri anda Sang Penghipnotis sejati, yang bisa menggerakan, merubah dan mempengaruhi orang lain dengan sangat mudah. Mungkin mereka akan heran dengan besarnya dampak dan cantiknya keberhasilan yang anda capai.

(Kepuasan adalah salah satu driving force terkuat dalam diri manusia)


Setiap orang membutuhkan otoritas dalam kehidupan mereka, dan setiap orang merupakan perwujudan dari sebuah “paradoks”, yang senantiasa bertentangan dengan diri mereka sendiri, yang senantiasa melakukan pembatalan (self-cancelling) atas berbagai prinsip dan nilai mereka sendiri.

Memahami Paradoks dan Dinamika “Gila” Dalam Diri Manusia


Paradoks pertama yang ada dalam diri manusia adalah mereka senantiasa menginginkan kebebasan dalam segala hal, menginginkan menjadi pribadi yang sepenuhnya merdeka dan memiliki kuasa dalam diri mereka. Menjadi pribadi yang “berkuasa” atas dirinya sendiri dan “bebas” dalam mengatur dan menentukan kehidupanya sendiri membuat mereka mendapatkan sense of power.  Namun, saat mereka telah “mendapatkan” kebebasan yang mereka inginkan, mereka kemudian “menyerahkan” kembali kebebasan itu pada otoritas-otoritas di luar diri mereka, menyerahkan otoritas atas kebebasan mereka pada hal-hal yang bukan mereka. Mereka merasa terlalu lemah untuk menjadi terlalu bebas, sehingga mereka takut untuk memiliki kebebasan tersebut, takut untuk mengaturnya, takut dengan tanggung jawabnya.

(Manusia diciptakan dengan dualitas dalam diri mereka)

Guru Spiritual, Tuhan, Para Dewa, Para Malaikat, Pemimpin, Coach, Therapist, Konselor, sahabat, “teman curhat” dan bahkan “sahabat virtual” pun menjadi otoritas yang mereka jadikan tempat mereka bergantung. Mereka kemudian sedikit-sedikit meminta saran, meminta pendapat dan meminta ini itu dari orang lain, yang akan membuat mereka merasa nyaman. Jauh lebih mudah saat ada yang “mengatur” dan memberi tahukan apa yang harus dilakukan, dibanding harus melakukanya sendiri. Namun, bukan ke sembarang orang mereka akan menyerahkan kebebasan yang sangat mereka cintai itu, mereka hanya menyerahkanya pada orang yang mereka anggap sebagai otoritasnya.

Jadi, paradoks pertama, manusia menginginkan kebebasan, namun kemudian merekan akan selalu menyerahkan kebebasan yang mereka miliki pada orang yang mereka anggap sebagai otoritas. Kemudian, otoritas inilah yang akan mereka jadikan referensi dalam menentukan apa yang harus dipikirkan, apa yang harus dikatakan, dan apa yang harus dilakukan.

Bayangkan, jika seseorang telah memberikan otoritasnya pada anda, maka akan seberapa besar kuasa yang anda miliki terhadap orang-orang tersebut?

Paradoks kedua, manusia senantiasa membutuhkan, mencari dan membentuk makna untuk diri dan kehidupanya, namun mereka akan selalu meragukan makna yang mereka temukan sendiri, sehingga mereka senantiasa mencari hal-hal lain (orang lain, buku, vidio, pembimbing dan sejenisnya) yang akan bisa memberikan makna untuk diri dan kehidupanya.

Kita tahu, bahwa makna (meanings) merupakan salah satu landasan kita dalam menjalani kehidupan. Kita melakukan sesuatu berdasarkan makna yang kita tempatkan pada apa yang kita lakukan itu, dan kita menanggapi sesuatu, seseorang atau keadaan bukan berdasarkan bagaimana sejatinya sesuatu, seseorang atau keadaan tersebut, namun berdasarkan bagaimana kita menanggapi sesuatu, seseorang atau keadaan bersangkutan. Kita, di sepanjang kehidupan kita merupakan “pembentuk makna” atau “pemberi makna” terhadap apa pun.

Namun, dari manakah datangnya pemaknaan yang kita ikuti dan yakini itu? Siapakah yang sebenarnya memberi makna atas berbagai pemaknaan tersebut? Karena kita senang merasa bebas, bebas dalam menentukan kehendak, maka banyak orang akan cenderung menjawab “tentu saja, saya!”.

Sayangnya, cara kita memaknai sesuatu akan ditentukan oleh pemaknaan dan keyakinan-keyakinan, nilai-nilai dan kriteria yang kita telah miliki sebelumnya, dan segala referensi kita dalam membentuk makna baru terhadap hal-hal baru ditentukan oleh data-data lama yang berasal dari otoritas anda (kebanyakanya). Anda memaknai sesuatu berdasarkan asosiasi yang anda tempatkan terhadap seseorang atau sesuatu itu dengan memori atau data yang anda miliki di pikiran anda, dikaitkan dengan suasana hati anda, nilai-nilai yang anda miliki sebelumnya dan hal-hal lainya. Tidak ada yang benar-benar baru.

Kebutuhan untuk senantiasa memaknai sesuatu, mengerti dan memahami segala yang terjadi dibalik berbagai hal sudah menjadi kecanduan kita yang paling vital, yang tanpanya kita tidak akan dapat hidup. Dalam sehari kita melakukan ribuan pemaknaan, pengartian dan rasionalisasi, dan berdasarkan semua itulah kita memiliki dinamika kehidupan kita.

Kita melakukan pemaknaan mulai dari hal-hal yang paling kecil (contoh: orang yang sering melirik saya mungkin meliha ada yang aneh dalam diri saya), sampai hal-hal yang paling besar yang mendalam dan fundamental dalam kehidupan (contoh: kenapa Tuhan menciptakan manusia, ya?). kemudian atas berbagai hal yang kita tidak bisa (atau tidak percaya diri untuk) maknai sendiri, maka kita akan mencari referensi ke otoritas kita, ke orang yang kita anggap memiliki kapabilitas dalam hal itu.

Namun, saya ingin anda mengingat hal ini, bukan sebatas apakah anda “mampu” dan “bisa” yang menjdikan anda sebagai otoritas, namun jug seberapa “menyamankan” dan seberapa “disukai” anda oleh orang tersebut (liking factor dari Robert Cialdini). Karena, meski pun anda dianggap mampu dan bisa, namun jika anda, karena satu atau beberapa alasan tidak disukai, maka anda tetap tidak akan menjadi otoritasnya.

Hitler menjadi contoh yang sangat brilian dalam hal ini. Dia memberikan pemaknaan dan arti atas segala hal yang terjadi di Jerman, dan mengarahkan makna (reframming) itu sesuai dengan kepentingan-kepentingan dan keinginanya. Dia mengarahkan pemikiran warga Jerman dengan sangat mudah, dia menjadi “Guru Kehidupan” bagi warga Jerman (dibahas lebih rinci dalam The Hitler Effect), tentu saja setelah dia menempatkan dirinya sebagai otoritas Jerman kala itu.

Kekalahan Jerman disebabkan karena “noda” yang dibawa Kaum Yahudi terhadap keagungan Bangsa Arya, Bangsa Arya adalah Bangsa termulia yang harus menguasai dunia, dan berbagai macam reframming lain dibuat oleh Hitler demi kepentinganya, yang akhirnya mengantarkan Nazi pada tampuk kejayaan, yang didukung oleh jutaan masyarakat Jerman.

Dia memberikan banyak kepuasan pada warga Jerman dengan berbagai pemaknaan yang “menyamankan”, bukan yang berdasarkan atas analisis dan sistesis yang logis, namun berdasarkan pada kepentingan-kepentingan.

Hal ini mengantarkan kita pada paradoks ketiga manusia ...

(Bersambung ke Edisi Berikutnya)
Tulisan ini merupakan salah satu materi dalam buku saya mengenai MIND CONTROL yang akan segera release
 

RUMUSAN DAN ALASAN PERSUASI YANG MEMATIKAN (2)

Berikut merupakan kelanjutan dari artikel pertama "Rumusan dan Alasan Persuasi yang Mematian", silahkan rekan-rekan yang sudah membaca artikel pertama melanjutkan ke artikel ini.

Hukum Dasarnya, Masih Sama
Hukum dasar yang dikemukakan oleh Siir Isaac Newton berabad lalu masih berlaku, dan masih sama, yaitu hukum stimulus-respon, dan tentu masih berlaku dalam persuasi. Hukum mendasar ini terlalu mendasar untuk bisa kedaluwarsa, namun sayangnya terlalu mendasar juga untuk dianggap penting.
Jika anda tidak memiliki pengamatan yang tajam terhadap bagaimana reson yang anda terima dari stimulus yang anda berikan dalam berinteraksi, maka anda hanya akan membuang-buang waktu. Banyak pembicara yang terlalu sibuk dengan pembicaraanya sehingga lupa memperhatikan bagaimana pembicaraanya tersebut direspon oleh lawan bicaranya.

Respon yang anda terima merupakan determinan penting yang bisa anda pergunakan untuk “menentukan” apa yang berikutnya anda katakan, bagaimana anda mengatakanya, dan penyesuaian-penyesuaian apa yang harus anda buat agar anda mendapatkan respon yang lebih baik. Namun, jika anda terlalu buta terhadap  respon lawan bicara anda sejak awal dan merangkainya dengan baik, maka saat anda mendapat respon yang mengejutkan, lalu menyebutnya Black Swan Effect.



Hukum dasar kedua, yang sudah sangat lama keberadaanya, yaitu hukum reward and punishment pun masih berlaku dengan baik. Jika anda tahu kondisi, topik dan hal apa yang perlu anda berikan reward karena mendukung anda, dan mana yang akan anda berikan punishment karena tidak mendukung anda, akan menentukan juga keberhasilan anda. Sebaliknya, jika seeorang berbicara dengan topik yang akan menguatkan penolakanya pada anda, dan anda pun terbawa pembicaraan tersebut, maka anda hanya akan menguatkan penolakan yang akan anda terima.

Hukum-hukum dasar yang sudah sangat tua ini masih sangat efektif, asalkan anda mempergunakanya dengan ketepatan yang “menusuk”.

Over Confident is Not Confident Anymore
Rasa percaya diri adalah komponen penting dalam komunikasi dan interaksi. Jika anda tidak memiliki rasa percaya diri, maka lawan bicara anda akan mengetahuinya, mereka akan menangkap sinyal-sinyal rasa tidak percaya diri anda yang akan terwujud di wajah, mata, bahasa tubuh dan cara bicara anda, lalu lawan bicara anda akan otomatis mendapatkan sense of power dan anda pun kehilangan kendali atas komunikasi.
Namun jika anda terlalu percaya diri dengan diri anda, maka anda akan memunculkan proteksi dari lawan bicara anda, anda bukanya akan mendapatkan power dan kendali, namun penolakan. Tidak ada orang yang suka menjadi lebih lemah dan termanipulasi oleh orang lain, sehingga jika seseorang melihat orang yang terlalu percaya diri, maka mereka cenderung akan memunculkan rasa tidak aman dan tidak nyaman yang membuat pikiran tak sadarnya secara otomatis melakukan berbagai proteksi untuk melindungi mereka. Keduanya adalah basic insting, naluri dasar, dan jika anda berada di garis “terlalu” maka anda akan mengaktifkan salah satunya, mengaktifkan proteksi atau memberi seseorang sense of ower yang membuat mereka sulit anda pengaruhi.

Cara Mudah Agar Anda Mendapat Penolakan (vibrasi dan refleksi Bawah sdar jangan sampai beda dengan kata yang Diucapkan)

Pikiran bawah sadar adalah pikiran yang menyimpan memori jangka panjang, yang berarti anda memiliki semua memori semanjak kelahiran anda sampai saat ini. Selain itu pikiran bawah sadar juga memiliki kemampuan belajar yang sangat luar biasa, pikiran bawah sadar bisa menganalisa pola-pola yang ada dalam dunia, termasuk pola komunikasi, pola kebohongan dan kejujuran, dan inilah yang menyebabkan adanya semacam “intuisi” kalau-kalau ada yang “janggal” dalam pembicaraan orang lain. Ada intuisi yang menjaga anda yang dalam menganalisa orang lain, yang meski tidak bisa anda jelaskan dengan detail, namun “firasat” itu bisa sangat kuat.
Alasanya sederhana, saat anda berkomunikasi dengan seseorang, ikiran bawah sadar anda juga berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar orang tersebut. Bedanya, jika kata-kata dan berbagai reaksi “sadar” bisa dikendalikan, maka reaksi-reaksi bawah sadar anda dan pikiran bawah sadar lawan bicara anda berkomunikasi dengan sangat polos apa adanya. Sehingga, jika kata-kata anda tidak senergis dengan “kebenaran” maka lawan bicara anda akan menangkap sinyalnya dan meragukan anda
Pikiran bawah sadar merefleksikan niat-niat tersembunyi anda, tujuan-tujuan anda dan pemikiran anda yan sebenarnya dengan bahasa tubuh, cara bicara dan sebagainya.

Pikiran bawah sadar paling sensitif dengan refleksi emosi, atau bagaimana perasaan anda yang sebenarnya. Jadi, tugas pertama anda jika anda ingin menjadi orang yang benar-benar berpengaruh adalah, pandai-pandai mengelola emosi-emosi dan perasaan-perasaan dalam diri anda, sehingga pikiran bawah sadar anda akan secara otomatis memproyeksikanya tanpa mengatakan apa-apa.

Anda tidak harus jujur atau selalu berniat baik, namun jika anda ingin berbohong dan menyembunyikan niat khusus, maka pastikan anda memiliki emosi dan kondisi (state) yang sesuai, sehingga anda bisa berbohong dengan sinergis, dan tidak menimbulkan kesan-kesan aneh di pikiran bawah sadar lawan bicara anda.

Mengalir, Lalu Tenggelam
Pembicaraan yang mengalir memang selalu menggairahkan dan menyenangkan, namun jika aliranya tidak sesuai dengan tujuan komunikasi dan interaksi anda, maka anda hanya akan bergosip tidak penting tanpa meraih apa-apa. Atau, lebih parah lagi anda terbawa ke dalam percakapan yang jauh dari tujuan semula anda.

Aliran lain yang menghanyutkan dan menenggelamkan para pembicara sehingga tidak mencapai apa yang ingin dicapainya dalam percakapan yang dilakukanya adalah, berbicara apa adanya, tanpa skenario apa-apa. Anda tidak harus memikirkan semua hal lalu berpegang padanya sebagai panduan baku anda dalam berkomunikasi, namun menjadi fleksibel juga tidak berarti “tenggelam” dalam ketidak pastian anda.


Sangat penting sebelum anda memulai pembicaraan anda, anda merancang sedikit skenario bagaimana komunikasi tersebut akan berjalan, apa yang akan anda katakan, bagaimana mengatakanya, memprediksikan respon-respon lawan bicara anda dan mempersiapkan reaksi serta penanggulangan yang sesuai. Tentu saja, dalam praktiknya anda juga harus fleksibel dan terus membuat penyesuaian dengan berdasarkan stimulus-respon yang anda dapatkan dalam kenyataanya.

Pastikan anda menentukan kemana aliran sungainya, dan kemana alternatifnya, lalu secara fleksibel anda menggiring lawan bicara anda ke dalam aliran tersebut. Namun, boleh saja jika anda lebih suka tenggelam dalam pembicaraan lawan bicara anda, apa lagi jika itu memberikan apa yang anda angankan.

Skenario yang anda susun bukanlah daftar percakapan yang harus anda ucapkan, namun lebih pada strategi-strategi yang akan anda gunakan, hal-hal dalam diri lawan dan di lingkunganya yang bisa anda manfaatkan, serta rencana-rencana cadangan untuk antisipasi. Kemungkinan-kemungkinan penolakan dan penerimaan, serta antisipasinya. Dengan demikian, anda akan memegang kendali bagaimana dan ke arah mana percakapan anda akan menuju.

Senjata Makan Tuan
Terkadang, para pembicara yang baru saja selesai training sebuah pelatihan komunikasi atau baru saja mempelajari teknik-teknik persuasi mutakhir dari berbagai sumber akan secara percaya diri menerapkan teknik tersebut dalam berinteraksi. Gairah ini sangat penting untuk mengembangkan penguasaan (mastery) dalam bidang keilmuan apa pun.

Sayangnya, gairah ini jika tidak dibarengi dengan prinsip dasarnya, fleksibilitas dan eksperimentasi justru bisa menjadi senjata makan tuan. Banyak orang yang karena terlalu yakin dengan teknik yang baru dipelajarinya kemudian menjadikanya “aturan baku” dalam berinteraksi, sehingga cenderung menjadikan interaksi jatuh ke dalam kekakuan atau jatuh ke dalam kekecewaan.

Pentingnya mengetahui teknik-teknik persuasi dan berbagai teori komunikasi efektif bukan untuk menjadikan anda semakin kaku dalam teknik tersebut, namun menjadikan anda lebih fleksibel karena memiliki lebih banyak senjata saat senjata lainya tidak memungkinkan. Anda memiliki banyak pilihan serangan dan bisa merancang strategi dengan lebih baik, karena banyaknya referensi.

Mengembangkan attitude seorang komunikator ulung lebih penting dibanding teknik-teknik terapanya. Kalau pun anda mempergunakan teknik tertentu boleh saja, bahkan sangat baik, namun teknik tersebut harus dipergunakan dengan attitude yang sesuai, yang juga dijabarkan dalam bagian buku ini.

LALU APA????
Mungkin ada diantara anda yang bingung dengan banyaknya teori dan perspektif. Berbagai macam teori dan perspektif komunikasi tidak bertujuan membuat anda bingung atau overloaded informasi, namun untuk membuat anda memiliki lebih banyak referensi dalam melakukan komunikasi anda secara fleksibel.

Buku ini disusun dengan berbagai elemen komunikasi, mulai dari pola kalimat dan kata-kata yang dahsyat sampai pada pengembangan karakter yang sesuai dan pemanfaatan berbagai hal yang tadinya terlupakan. jadi, dalam buku ini anda akan mendapatkan berbagai informasi dan teknik yang anda butuhkan untuk menjadi seorang pakar persuasi, menjadi orang yang memiliki pengaruh besar.

Robert Cialdini mengatakan bahwa persuasi adalah science bukan seni, namun saya lebih suka menyebutnya seni. Anda bisa menjadi seniman ahli dan menghasilkan karya seni yang luar biasa jika anda memiliki teknik dan selera yang sesuai. Demikian pula dalam persuasi, anda memerlukan teknik yang memang ampuh dan serangkaian sikap mental yang harus anda campurkan menjadi satu dengan penuh “uji-coba”, rasa ingin tahu dan banyak sentuhan keindahan di dalamnya. Selayaknya dalam seni, teknik tidak mengikat namun membantu mewujudkan keinginan anda dengan lebih baik, dan jika anda terus bereksperimen dengan memakai “hasil” sebagai patokan, maka anda bahkan bisa menghasilkan teknik anda sendiri, yang bisa saja lebih dahsyat.

NB :
Tulisan ini merupakan salah satu cuplikan dari Buku "The Hitler Effect"