Magic of Story Telling, Cara Mudah Mengarahkan Cara Pikir Orang Lain


Manusia suka mempergunakan imajinasinya, meski sebagian lagi akan menyangkal hal itu. Manusia juga suka mempergunakan pikiranya sendiri untuk menterjemahkan segala hal dalam kehidupanya, memberinya makna, mengatikan berbagai kejadian, dan berbagai hal terkait penyimpulan atau pendeskripsian sesuatu.
Bukan hal baru lagi kalau manusia tidak suka dinasehati, meski pun pada saat-saat mereka memerlukan nasehat.



Dinasehati atau digurui membuat manusia merasa dirinya lebh rendah, dan bahkan direndahkan oleh orang yang menasehati atau mengguruinya, dan hal ini menyebabkan egonya, kebutuhan untuk menjadi superior dan kebutuhan akan kebanggaan menjadi berkurang. Bahkan manusia sangat mudah menjadi tersinggung, bahkan marah atas nasehat yang diberikan padanya, yang bisa jadi sangat memberdayakanya.

Hal ini sudah menjdai kecenderungan dasar alamiah manusia, dan sebagai komunikator, sebagai operator mind control kita tidak akan “membenturkan” diri dengan kecenderungan alami ini, keseluruhan prinsip dasar persuasi yang efektif, baik itu hipnotis terselubung dan Hitler Effect tidak akan mengabaikan kecenderungan alami ini, justru memanfaatkanya dalam persuasi dan komunikasi, sehingga menghasilkan efek dan outcome yang diinginkan.


Bentuk komunikasi dan persuasi yang elegan adalah bentuk komunikasi yang mempergunakan segenap kondisi objek untuk mencapai tujuan kita (utilisasi) dan melakukanya dengan terselubung.
Pertanyaanya kemudian, bagaimanakah kita bisa melakukan persuasi yang dahsyat tanpa menyinggung salah satu kebutuhan dasar manusia untuk merasa bangga, kecenderungan untuk selalu melindungi dirinya (ego defence mechanism), melakukanya dengan terselubung, tanpa mereka ketahui atau sadari, namun menghasilkan outcome yang kita inginkan?

Jawabanya tentu adalah story telling.

Cerita dan analogi memiliki kekuatan yang sangat dahsyat, memiliki efek transformatif yang tajam, dan merupakan salah satu metode persuasi dan komunikasi yang sangat elegan. Hampir tidak ada pembicara unggul yang melewatkan teknik ini dalam praktik komunikasinya.

Anda pasti telah mengetahui popularitas buku Chicken Soup for The Soul dari Jack Canfiled, Si Cacing dan Kotoran Kesayanganya serta berbagai buku sejenis (berbentuk cerita-cerita dan anekdot) yang memiliki tingkat penjualan yang sangat tinggi, meramaikan setiap toko buku dan menjadi incaran dimana-mana.

Apakah penyebabnya?

Pertama, tentu saja karena dengan disampaikan dalam bentuk cerita, tidak ada yang akan merasa digurui atau dinasehati, membaca motivasi dan buku-buku self-help yang disajikan dalam bentuk cerita memungkinkan setiap pembaca tetap merasa nyaman, dengan dirinya sendiri, bukan mengasosiasikan ketidak nyamanan pada penulis (dan pembicara).

Kedua, cerita dan analogi akan memancing transderivational search seseorang, membuat seseorang melakukan ‘perjalanan ke dalam dirinya sendiri’, memergunakan imajinasinya secara bebas, kemudian menemukan sendiri “nasehat” yang diperlukanya, sehingga dia menasehati dirinya sendiri.

Ketiga, menemukan sendiri makna, arti dan “nasehat” dalam sebuah cerita menjadi sebuah bentuk kebanggaan pada sanga pembaca atau pendengar, dan membuatnya senang.
Keempat, cerita dan analogi juga akan memancing emosi untuk ikut terlibat, sehingga kemungkinan internalisasi sebuah nilai atau “pesan” akan lebih tinggi, pesan yang didaptakan akan lebih mudah masuk ke pikiran bawah sadar.

Kelima, mempergunakan cerita (yang menarik) juga akan lebih menarik sehingga fokus dan konsentrasi yang didapat saat mendengarkan sebuah cerita menjadikan sang pendengar atau pembaca mengalami light trance.
Segitu saja, dan semua alasan itu cukup untuk menjadikan penyampaian pesan melalui media cerita cukup efektif, efisien dan kuat pengaruhnya.

Sebuah cerita dan analogi memang sengaja disusun untuk mengarahkan cara pikir dan kesimpulan seseorang, mengarahkan asosiasinya. Bagaimana sebuah ide (misalkan; persahabatan, memaafkan, membenci, mendendam dan lain sebagainya) dibungkus dalam sebuah cerita, alur cerita, penokohan, prolog, epilog, bagaimana ceritanya disampaikan (dengan embedded commands), bagaimana penokohanya, ending dan detail lainya akan sangat menentukan ide apa yang diterima oleh penbaca atau pendengar.

Jika anda ingin membuat seseorang berpikir bahwa saling membantu bukanlah hal yang baik (misalkan saat seseorang membantu musuh anda), maka sampaikan sebuah cerita bagaimana upaya dan niat membantu malah berakhir dengan ending menyedihkan. Contoh ceritanya, misalkan seorang yang berusaha membantu ‘persalinan’ kupu-kupu dengan silet malah membuatnya mati. Namun jika anda ingin seseorang menginternalisasikan betapa pentingnya saling menolong, maka menyampaikan cerita bagaimana bantuan seteguk air memperpanjang kehidupan seorang pria yang tersedak bisa membantu, atau misalkan dengan cerita fenomenal Pay It Foreward.

Bagaimana ending sebuah cerita memang menentukan bagaimana kesimpulan yang akan diambil oleh pendengar/ pembaca, namun lebih penting lagi adalah bagaimana sebuah cerita disampaikan dengan semaksimal mungkin mempengaruhi emosi pendengar, lihat respon psiko-fisiknya, perhatikan keterlibatan dan fokusnya dalam cerita tersebut, dan anda akan tahu bagaimana dia akan menyimpulkan cerita yang anda sampaikan, dan sedalam apa kesimpulan tersebut mempengaruhinya.

Buat atau pilihlah cerita dengan  kejelian, dan sampaikan dengan selera seni yang tinggi, maka pikiran pendengar anda akan dengan mudah dipengaruhi olehnya, membuatnya menginternalisasikan sendiri  ide-ide yang memang ingin anda tanamkan.

Dalam artikel berikutnya, saya akan menyampaikan bagaimana secara spesifik dan aplikatif teknik ini bisa diterapkan.
 

The Magic of Victims-Club


Salah Satu Metode Manipulasi Pikiran Andalan Adolf Hitler
Setelah beberapa hari saya tidak membagikan trik dan tips persuasi pada anda, sekarang saya akan membagikan sebuah metode yang lebih advance untuk anda, sebagai perwujudan rasa bersalah saya, dan menyenangkan anda para pengunjung website ini. Saya akan memberikan bocoran tentang Hitler Effect, metode manipulasi dan pengendalian pikiran andalan MindControlScool.com.

Saya akan mengawali artikel ini dengan sebuah fenomena, fenomena yang banyak diantara anda mungkin sempat saksikan.



Jika anda orang Bali, lebih spesifik lagi, orang Denpasar, atau lebih spesifik lagi, orang Renon, dan telah lama tinggal di Jakarta, kemudian bertemu sesama orang Renon, maka apa yang terasa? Seketika itu anda akan merasakan kedekatan dan keterhubungan batin dengan orang tersebut bukan?

Jika anda, pernah bekerja di sebuah perusahaan, dan kemudian keluar dari perusahaan tersebut karena perlakuan tidak mengenakan atasan di perusahaan bersangkutan, apa yang terjadi? Seketika ada kedekatan batin tumbuh antara anda dengan orang bersangkutan.

Apa yang menyebabkan demonstrasi antar sesama warga korban lumpur Lapindo? Karena memiliki kesamaan dalam hal sama-sama menjadi ‘korban’ atas musibah tersebut.

Apa yang menyebabkan Hitler berhasil mempersuasi dan mempengaruhi rakyat Jerman untuk mendukungnya sebagai penguasa? Hitler memainkan permainan yang sangat berbahaya, menempatkan mereka semua sebagai korban, korban atas kekalahan dalam perang dunia pertama yang membuat mereka mengalami semua penderitaan yang sedang dialaminya.

Luka masa lalu dan rasa sakit yang pernah dialami merupakan senjata yang sangat ampuh jika digunakan untuk ‘menggerakan’ pemikiran orang lain. Bahkan terlalu ampuh untuk dilewatkan dalam proses persuasi dan mind control anda.

Mengumpulkan orang-orang dalam satu kelompok, terutama kelompok korban akan membuat mereka memiliki satu rasa dan kebersamaan. Mereka tiba-tiba akan menjadi satu keluarga sekaligus sahabat dekat, sebab mereka sama-sama merasa dimengerti oleh yang lainya, karena memiliki latar belakang pengalaman yang sama. Mereka merasakan kenyamanan untuk saling bercerita dan berbagi pengalaman mereka dengan orang yang telah sama-sama mengalaminya.

Selain menciptakan kedekatan emosional yang instan, menciptakan kebersamaan dan kesamaan, mereka juga merasa saling memahami, dan saling mengerti, meski mungkin kenyataanya tidak. Semua itu menggiring pada kenyamanan emosional berada dalam komunitas tersebut. Maaf, saya harus mengulangi penjabaran poin pentingnya.

Hal lainya, mereka bisa sama-sama merasakan lonjakan emosional. Mereka bisa sama-sama ‘menikmati’ emosi dengan intensitas yang sama, yang lagi-lagi hal ini menguatkan chemistry yang telah terjalin antara mereka.

Dalam lonjakan emosional yang tinggi dan rasa kebersamaan yang membangun kepercayaan satu dengan yang lain, maka pertimbangan rasional menjadi makin lemah dan tingkat sugestibilitas (kemampuan menerima sugesti/ keterbukaan untuk dipengaruhi) juga menjadi semakin tinggi. Hal ini adalah kesempatan emas untuk menanamkan ide-ide baru pada mereka.

Bahkan para teroris pun menerapkan salah teknik ini sebagai salah satu teknik pencucian otak dan manipulasi pikiran mereka. Mereka (para Teroris itu) memainkan permainan yang juga dimainkan oleh Hitler.
Lihatlah, bagaimana para teroris sama-sama menjadi seorang muslim yang telah dianiaya dan diperlakukan secara tidak adil oleh pihak Amerika. Mereka sama-sama menjadi korban kekejaman dan kekuasaan Amerika, yang kemudian, tumbuh diantara mereka kebencian mendalam pada Amerika dan rasa kasihan pada Muslim lainya, yang tinggal di Palestina. Dalam setiap rekamannya, mereka senantiasa meneriakan hal ini.

Jika anda, yang membaca sejauh ini adalah seorang Muslim, mungkin ada yang kemudian bereaksi membenarkan betapa tidak adilnya Amerika dan betapa menderitanya Kaum Muslimin Palestina. Jika demikian, berarti anda telah membuktikan sendiri bagaimana kuatnya daya dorong yang dihasilkan oleh Victims-Club ini, bukan?

Saya tidak sedang berbicara mengenai agama, kalangan agamais atau kebijakan antar bangsa. Saya sedang melakukan analisis psikologis, dan mohon jangan sampai ada kesalah pahaman.

Menempatkan semua masyarakat Jerman sebagai sesama korban perang, memerankan diri sebagai sang penyelamat, dan menumbuhkan kebencian pada Kaum Yahudi sebagai penyabab semua penderitaan itu membuat Hitler sukses menjadi penguasa Jerman.

Luka yang paling mendalam adalah senjata yang paling hebat dalam melakukan mind control.
Lalu bagaimana halnya dengan memanipulasi pikiran orang lain secara personal (bukan grup atau kelompok)?

Tujuan dari vintims-club adalah untuk merasakan kebersamaan, kesamaan (pacing), perasaan saling memahami dan kepercayaan dari pihak “lawan”. Dalam setting komunikasi yang face-to-face anda bisa menempatkan diri anda dan objek anda dalam ‘satu club’. Anda bisa menempatkan diri anda sebagai orang yang sama-sama pernah mengalaminya.

Apakah ini juga berarti berbohong?

Bisa iya, namun tidak harus, sama sekali tidak harus. Membangkitkan sensasi emosional tidak harus dilakukan dengan mengalami satu pengalaman yang persis sama. Anda bisa mengalami hal lain yang memang dekat dengan pengalaman nyata yang pernah anda alami, yang juga mendorong sensasi emosional yang sama.

Anda tidak harus menjadi korban kebangkrutan sebuah perusahaan untuk bisa sama-sama berada dalam victim club. Karena yang anda perlukan adalah emosinya, bukan pengalamanya. Esensi perasaan yang dihadirkan kebangkrutan bisnis bisa sangat beragam; rasa malu pada lingkungan, rasa bersalah pada keluarga (mungkin perusahaan warisan orang tua yang bangkrut sehingga merasa bersalah pada orang tua karena tidak bisa menjaga perusahaan), ketakutan pada jaminan masa depan, dan berbagai kemungkinan lainya.

Hal pertama yang harus anda lakukan setelah anda menemukan substansi emosional dari pengalaman itu adalah mencari-cari pengalaman yang serupa dan menggiringnya pada kondisi emosional yang persis sama. Misalkan saja, kondisi emosional dari kebangkrutan adalah rasa malu pada kolega, maka anda bisa mencari pengalaman yang membuat anda merasa malu pada kolega anda, kemudian yang menjadi fokus pembicaraan adalah rasa malu pada kolega tersebut.

Menggiring objek anda untuk masuk ke victim club memerlukan  kelihaian untuk memancing dan menganalisa emosi di balik pengalaman. Melakukanya sama seperti bermain pedang, yang bisa menusuk korban anda tepat di jantungnya, atau bisa juga malah anda yang tertusuk.

Praktikan mulai dari orang-orang terdekat anda, dan kembangkan skill sampai anda bisa mempraktikanya pada setiap orang, dan kemudian anda akan menemukan bagaimana cara mempraktikanya pada kelompok atau masyarakat, lembaga bahkan negara.

 

Pavlovian Mind Control Method, Salah Satu Metode Pengendalian Pikiran Paling Tua



Ivan Pavlov (1849-1936), seorang psikolog aliran Behaviourisme jenius dari Rusia, juga  adalah salah satu nama yang sangat populer dalam dunia psikologi, karena percobaan yang dilakukanya terkait bagaimana perilaku dapat dikondisikan atau dimanipulasi (Operant Conditioning Method). Percobaan ini merupakan salah satu eksperimen paling tua berkaitan dengan manipulasi perilaku.



Ivan Pavlov melakukan percobaan mengenai manipulasi perilaku dengan anjing, dimana saat anjingnya berperilaku baik maka dia akan memberinya hadiah (reward) dan saat anjingnya berperilaku tidak sesuai dengan apa yang Pavlov harapkan, maka akan diberikanya hukuman (punishment). Alhasil, anjing tersebut membuat penyesuaian perilaku dengan pengkondisian Pavlov, karena dia menghindari hukuman dan mencari hadiah (reward).

Apakah hasil eksperimen Pavlov ini masih bisa dan masih relevan diterapkan untuk manusia moderen? Masih bisakah teknik ini dipakai sebagai salah satu metode manipulasi pikiran dan perubahan perilaku?
Jawabanya, TENTU BISA.

Memang harus diakui bahwa hasil eksperimen Pavlov ini banyak dipakai untuk melatih hewan-hewan sirkus, namun bukan berarti tidak bisa dipakai untuk manusia. Sekolah adalah salah satu instansi yang banyak memakai hasil percobaan ini. Mungkin anda masih ingat, bagaimana sekolah sangat menyeimbangkan dan memperhatikan pemakaian rewards and punishment ini.

Oh, kalau begitu ini pastilah bukan teknik yang hebat, karena sudah terlalu banyak dipakai dan banyak yang tidak berhasil?

Banyak dipakai dan banyak yang tidak berhasil? Memang. Tidak hebat? Tentu sangat tergantung ketepatan pemakaianya. Bukan tekniknya yang harus disalahkan, namun operatornya.

Salah satu orang yang mengembangkan bagaimana reward dan punishment ini bisa menjadi teknik untuk mengahncurkan pola perilaku lama dan membentuk perilaku baru adalah Anthony Robbins. Anda tentu kenal dengan dedengkot para motivator ini, bukan?

Anthony Robbins mengembangkan sebuah sistem terapi dan pemberdayaan diri dengan prinsip kerja yang sama dengan Operant Conditioning yang disebutnya NAC (Neuro Associative Conditioning), yang mana bahkan Lady Diana (almarhum) pernah ditreatment dengan tekniknya ini. Prinsip kerjanya, sama seperti prinsip kerja Anjing Pavlov adalah adanya kecenderungan manusia untuk selalu menghindari kepedihan (punishment, ketakutan, rasa sakit dan semacamnya), serta mengejar kebahagiaan (reward, pemuasan, kebanggaan dan semacamnya).

Masih sebagai salah satu hasil eksperimen yang dikembangkan oleh Ivan Pavlov, Richard Bandler dan John Grinder mengembangkan salah satu tools paling terkenal dari NLP, yaitu anchoring.
Ternyata, masih sangat berdaya guna prinsip-prinsip perubahan perilaku dan manipulasi pikiran ala Pavlov, bukan?

Nah, sekarang, yang perlu sangat sangat diperhatikan dalam memakai teknik ini secara powerful adalah ketapatan, kejelian dan jangan berpatokan menjadikanya teknik semata, namun buatlah improvisasi seni, yang memungkinkan baik operator maupun subjek mind-control bisa mendapatkan apa yang diinginkanya.
Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam pendayagunaan teori Behaviorisme ini sebagai mind control tools adalah dengan memperhatikan intensitas perilaku dan emosi saat perilaku dan emosi tersebut muncul. Reward, misalkan dalam bentuk pujian dapat diberikan secara terselubung saat perilaku yang diinginkan muncul, misalkan, anda ingin pasangan anda menjadi seorang yang perhatian, maka saat pasangan anda menunjukan perilaku bersangkutan, saat ini (tepat saat perilaku tersebut muncul) pujilah dia,
“wah, diperhatikan seperti ini aku merasa sangat beruntung menikahimu. Aku selalu tersentuh dengan caramu memperhatikanku”

Dua hal yang harus diperhatikan dalam memberikan reward berupa pujian adalah, mengungkapkan emosi anda, betapa senangnya anda dengan perilaku tersebut, dan mengatakan hal-hal indah berkaitan dengan perilaku yang muncul tersebut.

Jika anda tidak ingin mengungkapkan pujian, cukup ungkapkan rasa terimakasih dengan ekspresi yang tidak biasa, ekspresi yang senang, ekspresi yang hanya muncul saat perilaku berkaitan muncul.
Anda juga bisa memberikan reward dengan memberikan hadiah kecil sebagai bentuk reinforcement dari perilaku yang diinginkan tersebut.

Bagaimana dengan punishment?

Punishment atau “hukuman” yang efektif adalah punishment yang bersifat emosional, atau, membuat subjek anda merasakan rasa bersalah berkaitan dengan tidak munculnya perilaku yang diharapkan tersebut. 

Memberikan punishment yang efektif dan tidak menyebabkan konflik merupakan seni tersendiri, sebab jika anda tidak memperhatikan bagaimana punishment diberikan, maka alih-alih menjadi bentuk pendukung terhadap upaya mind control anda, hal itu malah akan menyebabkan konflik.

Dalam artikel berikutnya saya akan mengemukakan bagaimana tepatnya teori Behaviorisme ini bisa dipergunakan sebagai tool mind control, bagaimana mempergunakanya dengan tepat dan bagaimana mempergunakanya secara terselubung mungkin
 

Pujilah Dengan Tepat, Atau Tutup Mulut Anda : Cara Memberikan Pujian yang "mematikan"


Dimulai dari rezim persuasi ala Dale Carnegie, banyak yang mengagung-agungkan pujian dan bagaimana mempergunakan pujian dalam persuasi dengan harapan orang yang dipuji akan menjadi sangat senang lalu membeli produk kita, menaikan jabatan, atau jatuh dalam kendali kita.
Benarkah semudah itu?


Pujian, masih menjadi sarana persuasi yang sangat manjur, namun telah kehilangan banyak kekuatanya. Selain itu banyak kalangan yang mengandalkan pendapatan dengan “pujian” ini belum memiliki skill dalam memberikan pujian, sehingga pujian yang diberikanya malah menjadi boomerang yang membuatnya bukanya mendapatkan predikat ramah dan baik, namun “penjilat”.

Memuji adalah seni, seni yang memiliki teknik yang harus diketahui dengan baik. Kita tidak bisa memberikan pujian asal-asalan dan berharap hasil luar biasa akan datang.

Lalu, bagaimanakah cara memberikan pujian yang mematikan, pujian yang pasti membuat orang yang mendengarnya langsung melayang-layang?

Oke, saya tidak akan berbelit-belit, mari kita langsung menuju pada tekniknya.

Pertama, jika anda ingin memberikan pujian secara langsung, anda tidak boleh hanya mengandalkan mulut anda. Jangan memberikan pujian dengan hanya sekedar berkata “wah, ibu nampak cantik sekali hari ini”, pujian macam ini lebih mungkin dianggap jilatan rendah saja.

Pujian tidak harus diberikan dengan kata-kata panjang, dan memang jangan panjang-panjang, bahkan tidak harus mempergunakan kata-kata.

Jika atasan anda lewat, atau prospek, atau siapa pun yang ingin anda puji, pertama-tama, biarkan mata anda yang memujianya, lemparkan tatapan mata penuh kekaguman, tatapan mata yang menampakan keheranan, misalkan karena cara berpakaian atau dandanan, atau gaya rambut prospek anda.

Jika prospek anda menyadari anda menanatap aau sekedar melihatnya dengan lirikan heran dan kagum, maka dia sudah mendengarkan pujian terselubung anda.

Bagaimana membuat efeknya menjadi berganda?

Lemparkan senyum tipis yang menandakan betapa terpesona dan kagumnya anda pada prospek anda itu.
Jangan kotori pujian non-verbal anda itu dengan kata-kata panjang lebar, cukup katakan kalimat singkat saja,
“wah, ibu nampak lebih cantik dengan setelan busana itu”,
Lihat bedanya dengan kalimat “wah ibu nampak lebih cantik hari ini?” di atas? Bedanya adalah, kalimat sebelumnya sangat general, terlalu umum. Sedangkan dengan kalimat kedua ini, apa lagi yang dilemparkan setelah anda memberikan pujian terselubung, anda memuji aspek tertentu yang memang tidak biasa dari si ibu-ibu itu.

Lalu bagaimana cara memberikan pujian yang lebih mematikan?

Caranya adalah, jangan memberikan pujian itu di depan orang yang anda ingin puji, berikan pujian itu belakangnya. Tidak ada orang yang senang digossipkan, kecuali jika gosip itu menyenangkan. Jadi, buatlah gosip di belakang atasan anda, kemudian biarkan pujian yang berbentuk gosip itu didengarnya.

Cara lain memberikan pujian yang lebih halus dan tidak terkesan menjilat adalah, pujilah si A di hadapan si B. jadi, anda memberikan pujian tidak langsung dengan mengatakan betapa mengagumkanya si A, dan anda mengatakan hal itu bersama si B.

Titik kekuatan pujian bukanlah kata, tetapi bagaimana kata tersebut diungkapkan. Banyak agent penjualan atau pegawai yang karena ingin mencari muka kemudian dengan wajah merendah dan mimik ragu-ragu memberikan pujian pada atasanya, yang akhirnya membuat pujianya menjadi basi.

Katakan kekaguman anda dengan wajah yang memang mencirikan kekaguman. Jika mulut anda mengatakan seseorang begitu hebat, maka harusnya mata anda menatap kehebatan orang tersebut sebelum mulut anda mengatakanya.

Sekarang, silahkan anda pilih, sesuaikan (jangan asal telan) dan praktikan tips di atas, lalu lihat betapa besarnya perbedaan yang dibawanya.
 

TRAILER MINDCONTROLSCHOOL.COM


 

Pain-Based Mind Control Technique : Belajar dari Film Batman The Dark Knight


Jika anda sudah pernah menonton film Batman The Dark Knight, anda akan tahu bagaimana rasa sakit, kepedihan masa lalu dan kekecewaan mendalam dari seseorang bisa dengan mudah dipergunakan sebagai sarana untuk mengendalikan pikiran orang tersebut.

Dalam alur cerita Batman Dark Knight, menjelang endingnya, Joker sebagai tokoh antagonis psikopat telah tertangkap oleh polisi, dan bahkan telah berada di penjarakan dengan kerja sama para pembela kebenaran, yaitu Batman, kepala polisi Gotham, Jaksa wilayah Gotham Harvey Dent dan pacarnya (yang juga adalah mantan pacar Brce Wayne Sang Batman), Rachel Dawes. Namun tanpa mereka sadari, Joker telah membuat ide licik lain.

Meski pun Joker telah tertangkap, namun psikopat jenius yang panda mempermainkan emosi orang ini telah menculik Harvey Dent dan Rachel Dawes, dan Batman hanya memiliki kesempatan untuk menyelamatkan salah satunya. Demi Gotham, mereka menyelamatkan Harvey Dent, sebagaimana yang telah diperkirakan oleh Joker, dan Rachel akhirnya mati dalam ledakan di gudang minyak tersebut.

Namun apa yang kemudian terjadi?

Joker baru saja menemukan salah punggawa dan budak kejahatan baru, Harvey Dent, yang tadinya adalah salah satu pahlawan Kota Gotham yang aktif memerangi kejahatan.

Bagaimana Joker merubah seorang malaikat menjadi iblis yang sangat kejam yang telah banyak membunuh tokoh lain?

Film ini telah mengungkapkan salah satu metode manipulasi dan pengendalian pikiran yang paling dahsyat, yaitu pengendalian pikiran (mind control) dan pencucian otak (brainwashing) berbasis trauma masa lalu dan kekecewaan mendalam. Teknik ini banyak digunakan kalangan teroris dalam mencuci otak para "korbannya"

Harvey Dent sangat kecewa karena dia berharap teman-temanya (Batman dan kepala Polisi Gotham) menyelamatkan Rachel, kekasihnya, namun mereka menyelamatkan dirinya. Bukan hanya itu, wajah Dent pun terbakar setengahnya, yang membuat dia mendapat julukan Harvey Two Face.

Joker datang ke rumah sakit dan mengatakan pada Harvey Dent, bahwa mereka (Joker dan Dent) hanyalah “korban”, korban dari kepentingan-kepentingan berbagai institusi Kota Gotham, baik itu geng mafia, kepolisian, bahkan Batman. Joker berhasil menempatkan dirinya dalam satu posisi dengan Dent, memanfaatkan trauma dan kekecewaan Dent (utilisasi) untuk memanipulasi emosinya, kemudian mengeluarkan sisi tergelap manusia, yaitu kemarahan dan menyalurkanya dalam dendam.

Menempatkan diri sebagai "sesama korban" memberi pengaruh besar pada psikis korban, sebab dengan sama-sama memposisikan diri sebagai korban, maka akan terbentuk jalinan emosi instan antara keduanya, yang memungkinkan keduaanya bisa saling mempengaruhi, ini merupakan salah satu metode rapport yang sangat kuat, namun tidak banyak diajarkan, karena tidak bisa sembarangan digunakan.

Tentu saja semua alur ini sudah direncanakan oleh Joker, bagaimana dia akan membingkai ulang apa yang Dent rasakan, Joker bahkan dengan piawai mengarahkan Harvey Dent untuk menyalurkan kekecewaan dan dendamnya pada musuh-musuh Joker.

Kondisi emosional dan kekecewaan mendalam merupakan salah satu titik lemah dan blindspot pikiran manusia, yang pada saat seseorang sedang berada dalam kondisi emosional mendalam, maka pikiran bawah sadarnya akan terbuka, dan data sepalsu apa pun akan mudah dimasukan.
Kekecewaan dan kepedihan masa lalu merupakan kenangan yang kebanyakan manusia tidak ingin ingat dan bahkan pendam dalam hatinya, yang membuat semua rekaman ini menjadi bom waktu yang akan meledak saat pemicunya ditarik, yang akan membuat dirinya menjadi lemah dan mudah dimanipulasi.

Saat kekecewaan dan kepedihan masa lalu ini dipendam jauh-jauh dari pikiran manusia, maka dia tidak lagi memahami dan mengerti akan semua ini, menjadi bagian dari sisi gelapnya. Kemudian, jika ada orang-orang yang dengan piawai, dengan bahasa yang emosional dan pola bahasa yang tepat mempermainkan emosi terpendam ini, memberinya makna baru, bahkan makna yang sebenarnya hanya disesuaikan dengan kepentingan sang pemberi makna, anda akan jatuh.

Banyak orang yang jatuh ke dalam kelompok spiritual tertentu, sebab kelompok-kelompok spiritual biasanya sangat pandai dalam memberi makna baru atas suatu kejadian, pandai membingkai ulang sisi gelap kepedihan masa lalu. Banyak juga yang akhirnya terjebak menjadi iblis seperti Harvey Dent, sebab cara pengelolaan informasi dan pembingkaian ulang yang didapatnya adalah berkaitan dengan dendam dan kemarahan.

Bagaimanakah kita bisa mengetahui sisi traumatis seseorang, sisi gelap yang berasal dari kepedihan masa lalunya? Kemudian bagaimana kita bisa membingkai ulang kekecewaan dan kepedihan masa lalu itu untuk kepentingan kita? Bagaimana teknik dan trik yang paling mudah?

Artikel berikutnya akan mengungkapkan hal ini, setahap demi setahap, dan bahkan banyak teknik dan trik lain yang jauh lebih powerful.

yang jelas, inilah pelajaran mind control, cuci otak dan manipulasi pikiran yang bisa kita ambil dari Sang Joker, pertama, menempatkan diri sebagai sesama korban, sama-sama teraniaya dan sama-sama menderita, kemudian memanfaatkan kekecewaan dan kepedihan mendalam korban untuk memanipulasi pikiranya.
 

The Hitler Effect, A Danger Techniques

Manipulasi Pikiran, Propaganda, dan Hipnosis terselubung untuk membuat siapa saja mengikuti apa saja keinginan anda, seperti yang telah dilakukan dan dibuktikan para pemimpin besar seperti Adolf Hitler???
Anda mungkin akan 'berprasangka' negatif dengan 'ilmu hitam' yang datang dari 'tokoh kegelapan' ini. Namun satu hal yang anda harus camkan baik-baik adalah, mempelajari racun bisa memunculkan pengetahuan mengenai obat, tidak harus anda gunakan untuk membunuh atatu menyakiti bukan?

Ilmu rahasia yang diajarkan dalam buku ini merupakan inti sari dari berbagai metode manipulasi pikiran yang anda bisa gunakan untuk apa saja, dan tentu saja dengan tanggung jawab anda sendiri.

Bagaimana buku ini tersusun?

Pertama, saya mengadakan re-search terhadap berbagai tokoh manipulasi pikiran yang pernah ada, dan kemudian saya memutuskan bahwa Hitler adalah tokoh yang tepat untuk dijadikan role model. Kemudian, saya membedah frame of reference Hitler melalui berbagai referensi dan melalui channeling, hingga buku ini menjadi perpaduan yang sempurna antara Neuro Linguitic Programming, Neuro Semantic dan Hypnosis (Covert Hypnosis), dan tentu saja saya sajikan dengan sesederhana mungkin.

Apa yang akan anda dapatkan dari buku ini? Jika anda adalah seorang Politisi, maka jangan heran jika anda bisa mendapatkan banyak “pengikut” dengan menerapkan prinsip-prinsip sederhana dalam buku ini. Jika anda adalah seorang Entrepreneur, maka dalam memenangkan persaingan dan negosiasi yang tajam, anda akan sangat dibantu oleh buku ini. Jika anda adalah seorang guru, orang tua, pemimpin spiritual, siapa pun anda, jika anda masih melakukan “interaksi sosial”, maka buku ini merupakan kunci utamanya.


Saya menyebut buku ini sebagai “The Art of War in Persuasion”. Berapakah harga buku yang di dalamnya selain mengemukakan Metode Propaganda Hitler, juga metode dari berbagai tokoh dunia seperti :

Richard Greene
• Kevin Hogan
• Dantalion Jones
• Antony Robbins
• L. Michael Hall
• Milton Erickson
• Richard Bandler
• Robert Dilts
• Robert Cialdini, dll

Ternyata anda tidak perlu mengeluarkan uang jutaan apa lagi uluhan juta, sama sekali tidak, meski pun dalam buku ini anda juga akan secara langsung mempelajari berbagai teknik berikut,

Sleight of Mount
• Covert Hypnosis
• Mind Control Language Pattern 
Conversational Beliefs Change
• Mindlines dari Neuro-Semantic
• Berbagai teknik NLP dan bermacam strategi persuasi mutahir dari berbagai pakar di seluruh dunia yang belum pernah diajarkan di Indonesia

Semua pengetahuan luar biasa yang jika anda pelajari bertahap dari sumbernya, maka uang puluhan juta tidak akan cukup.

Namun jika anda telah memutuskan belajar dari buku ini, anda hanya perlu mengeluarkan uang Rp.350.000 saja, dan tentu saja ada tambahan diskon untuk anda, yaitu 20% untuk pemebelian sebelum Tanggal 30 September 2011.

Buku ini, tidak akan diperjual belikan secara bebas, namun hanya akan dicetak secara terbatas, dan pembelinya pun akan diseleksi, untuk menghindari penyalah gunaan dari beberapa pihak. Bisa dibayangkan saat anda memiliki pisau yang sangat tajam, yang bisa anda pergunakan dengan mudah, namun “kena sasaran”. Seperti itulah saya menyusun buku ini, tajam, sederhana, mudah digunakan, namun kena pada sasaran.