Pain-Based Mind Control Technique : Belajar dari Film Batman The Dark Knight


Jika anda sudah pernah menonton film Batman The Dark Knight, anda akan tahu bagaimana rasa sakit, kepedihan masa lalu dan kekecewaan mendalam dari seseorang bisa dengan mudah dipergunakan sebagai sarana untuk mengendalikan pikiran orang tersebut.

Dalam alur cerita Batman Dark Knight, menjelang endingnya, Joker sebagai tokoh antagonis psikopat telah tertangkap oleh polisi, dan bahkan telah berada di penjarakan dengan kerja sama para pembela kebenaran, yaitu Batman, kepala polisi Gotham, Jaksa wilayah Gotham Harvey Dent dan pacarnya (yang juga adalah mantan pacar Brce Wayne Sang Batman), Rachel Dawes. Namun tanpa mereka sadari, Joker telah membuat ide licik lain.

Meski pun Joker telah tertangkap, namun psikopat jenius yang panda mempermainkan emosi orang ini telah menculik Harvey Dent dan Rachel Dawes, dan Batman hanya memiliki kesempatan untuk menyelamatkan salah satunya. Demi Gotham, mereka menyelamatkan Harvey Dent, sebagaimana yang telah diperkirakan oleh Joker, dan Rachel akhirnya mati dalam ledakan di gudang minyak tersebut.

Namun apa yang kemudian terjadi?

Joker baru saja menemukan salah punggawa dan budak kejahatan baru, Harvey Dent, yang tadinya adalah salah satu pahlawan Kota Gotham yang aktif memerangi kejahatan.

Bagaimana Joker merubah seorang malaikat menjadi iblis yang sangat kejam yang telah banyak membunuh tokoh lain?

Film ini telah mengungkapkan salah satu metode manipulasi dan pengendalian pikiran yang paling dahsyat, yaitu pengendalian pikiran (mind control) dan pencucian otak (brainwashing) berbasis trauma masa lalu dan kekecewaan mendalam. Teknik ini banyak digunakan kalangan teroris dalam mencuci otak para "korbannya"

Harvey Dent sangat kecewa karena dia berharap teman-temanya (Batman dan kepala Polisi Gotham) menyelamatkan Rachel, kekasihnya, namun mereka menyelamatkan dirinya. Bukan hanya itu, wajah Dent pun terbakar setengahnya, yang membuat dia mendapat julukan Harvey Two Face.

Joker datang ke rumah sakit dan mengatakan pada Harvey Dent, bahwa mereka (Joker dan Dent) hanyalah “korban”, korban dari kepentingan-kepentingan berbagai institusi Kota Gotham, baik itu geng mafia, kepolisian, bahkan Batman. Joker berhasil menempatkan dirinya dalam satu posisi dengan Dent, memanfaatkan trauma dan kekecewaan Dent (utilisasi) untuk memanipulasi emosinya, kemudian mengeluarkan sisi tergelap manusia, yaitu kemarahan dan menyalurkanya dalam dendam.

Menempatkan diri sebagai "sesama korban" memberi pengaruh besar pada psikis korban, sebab dengan sama-sama memposisikan diri sebagai korban, maka akan terbentuk jalinan emosi instan antara keduanya, yang memungkinkan keduaanya bisa saling mempengaruhi, ini merupakan salah satu metode rapport yang sangat kuat, namun tidak banyak diajarkan, karena tidak bisa sembarangan digunakan.

Tentu saja semua alur ini sudah direncanakan oleh Joker, bagaimana dia akan membingkai ulang apa yang Dent rasakan, Joker bahkan dengan piawai mengarahkan Harvey Dent untuk menyalurkan kekecewaan dan dendamnya pada musuh-musuh Joker.

Kondisi emosional dan kekecewaan mendalam merupakan salah satu titik lemah dan blindspot pikiran manusia, yang pada saat seseorang sedang berada dalam kondisi emosional mendalam, maka pikiran bawah sadarnya akan terbuka, dan data sepalsu apa pun akan mudah dimasukan.
Kekecewaan dan kepedihan masa lalu merupakan kenangan yang kebanyakan manusia tidak ingin ingat dan bahkan pendam dalam hatinya, yang membuat semua rekaman ini menjadi bom waktu yang akan meledak saat pemicunya ditarik, yang akan membuat dirinya menjadi lemah dan mudah dimanipulasi.

Saat kekecewaan dan kepedihan masa lalu ini dipendam jauh-jauh dari pikiran manusia, maka dia tidak lagi memahami dan mengerti akan semua ini, menjadi bagian dari sisi gelapnya. Kemudian, jika ada orang-orang yang dengan piawai, dengan bahasa yang emosional dan pola bahasa yang tepat mempermainkan emosi terpendam ini, memberinya makna baru, bahkan makna yang sebenarnya hanya disesuaikan dengan kepentingan sang pemberi makna, anda akan jatuh.

Banyak orang yang jatuh ke dalam kelompok spiritual tertentu, sebab kelompok-kelompok spiritual biasanya sangat pandai dalam memberi makna baru atas suatu kejadian, pandai membingkai ulang sisi gelap kepedihan masa lalu. Banyak juga yang akhirnya terjebak menjadi iblis seperti Harvey Dent, sebab cara pengelolaan informasi dan pembingkaian ulang yang didapatnya adalah berkaitan dengan dendam dan kemarahan.

Bagaimanakah kita bisa mengetahui sisi traumatis seseorang, sisi gelap yang berasal dari kepedihan masa lalunya? Kemudian bagaimana kita bisa membingkai ulang kekecewaan dan kepedihan masa lalu itu untuk kepentingan kita? Bagaimana teknik dan trik yang paling mudah?

Artikel berikutnya akan mengungkapkan hal ini, setahap demi setahap, dan bahkan banyak teknik dan trik lain yang jauh lebih powerful.

yang jelas, inilah pelajaran mind control, cuci otak dan manipulasi pikiran yang bisa kita ambil dari Sang Joker, pertama, menempatkan diri sebagai sesama korban, sama-sama teraniaya dan sama-sama menderita, kemudian memanfaatkan kekecewaan dan kepedihan mendalam korban untuk memanipulasi pikiranya.

Penulis : Putu Yudiantara ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Pain-Based Mind Control Technique : Belajar dari Film Batman The Dark Knight ini dipublish oleh Putu Yudiantara pada hari Rabu, 19 September 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Pain-Based Mind Control Technique : Belajar dari Film Batman The Dark Knight