RUMUSAN DAN ALASAN PERSUASI YANG MEMATIKAN


Pada bab ini kita akan membahas hal-hal mendasar dalam komunikasi dan persuasi. Saya mengamati beberapa tokoh persuasi yang sangat powerful, yang ada di sekitar saya, dan mengamati guru-guru serta berbagai sumber mengenai komunikasi dan persuasi. Saya memilah dan memilih lalu menguji prinsip-prinsip dasarnya, dan saya menuliskanya dalam poin-poin pentingnya dalam bab ini. Tentu, arah pembahasanya dibatasi dengan perbedaan mendasar yang membedakan antara teknik dan ahli persuasi yang berhasil dengan yang tidak, yang efektif dan yang tidak.



Sebelum anda melanjutkan membaca dan mempraktikan isi buku ini, silahkan anda cermati dengan baik prinsip dasar umum ini, yang mungkin akan menghasilkan insights yang luar biasa dalam pola komunikasi dan persuasi anda selama ini. Sekali lagi, silahkan anda membaca sambil “mencocokkan” dan “mengevaluasi” pola komunikasi dan persuasi anda, menilai efektifitas anda selama ini. Dalam bab ini anda akan menemukan alasan dibalik kegagalan dan keberhasilan yang pernah anda buat.

Terjebak Emosi Sendiri
Pernahkah anda mengalami, saat sedang bercakap-cakap ringan atau dalam negosiasi atau dalam persuasi anda terbawa percakapan sampai meluas kemana-mana dan akhirnya berujung pada saling serang secara individual. Emosi tiba-tiba meningkat drastis dan tidak terkontrol dan komunikasi menjadi pertengkaran, adu pendapat, atau ajang gengsi-gengsian.
Kalau pun tidak sampai separah itu, setidaknya anda mungkin pernah merasakan bagaimana dalam proses komunikasi (untuk tujuan apa pun) emosi anda terbawa, lalu anda melupakan tujuan, lupa apa yang harus dikatakan dan bagaimana mengatakanya, atau setidaknya anda malah jadi terdiam hening menahan emosi. Lawan bicara anda mengambil alih kendali atas kondisi emosional anda; membuat anda jadi bad mood, putus asa, kecewa atau marah.
Emosi sangat sensitif, sehingga dengan persinggungan sedikit saja, maka dia bisa meluap dan tidak terkontrol lagi. Saat itu bahkan jika anda menguasai teknik-teknik paling dahsyat sekali pun, maka anda tidak akan mencapai apa yang anda ingin capai dalam proses komunikasi tersebut. Anda terbawa dan hanyut dalam emosi anda, sibuk dengan perasaan anda sendiri.

Tersesat di Pikiran Anda Sendiri
Jika pun anda tidak terjebak secara emosional, masih ada jebakan lain yang harus anda waspadai dalam proses komunikasi, sebab bisa saja anda sewaktu-waktu jatuh ke sana jika anda tidak benar-benar memegang outcome yang telah anda tentukan dengan baik, dan hal ini dialami banyak orang. Kenyataanya, hal ini jugalah yang menjadi salah satu sebab anda terbawa dalam luapan atau letupan emosional.
Ada beberapa jenis jebakan yang biasa dialami saat dalam proses komunikasi, saat anda terjebak dalam pikiran anda sendiri. Pertama, anda terlalu sibuk berpikir, sehingga anda tidak berinteraksi lagi dengan lawan bicara anda, namun berinteraksi dengan diri anda sendiri. Anda sibuk memikirkan apa yang harus anda katakan, bagaimana anda harus mengatakanya, dan bahkan anda sibuk menganalisis apa yang sedang lawan bicara anda pikirkan. Anda sibuk menduga-duga (bukan menganalisis) jika anda mengatakan apa dengan cara yang bagaimana, maka respon apa yang akan dikeluarkan oleh lawan bicara anda. Anda terjebak dalam pikiran anda sendiri.
Anda akhirnya terlalu banyak berpikir, dan tidak lagi berinteraksi secara efektif, tidak lagi interaktif.
Jenis jebakan pikiran lainya misalkan anda malah sibuk memikirkan hal-hal lain yang tidak ada dalam konteks komunikasi anda saat itu. anda memikirkan masalah anda sendiri, anda menganalisis barang atau kejadian yang terpajang di sekitar tempat anda berinteraksi. Anda sibuk dengan pikiran anda, kehilangan minat dan pada saat itu tentu saja anda kehilangan efektifitas anda dalam berkomunikasi.

“Terlalu Banyak Anda”
Pola umum lainya, yang biasanya menjangkiti orang yang terlalu kurang perhatian, terlalu narsis dan memerlukan banyak perhatian adalah, terlalu banyak hal tentang anda. Sedikit saja ada pembahasan tentang sesuatu, maka anda mengaitkanya dengan diri anda, masa lalu anda, milik anda, pencapaian anda dan hal-hal lain berkaitan dengan anda.
Jika anda memiliki terlalu banyak anda dalam interaksi anda dengan orang lain, maka komunikasi itu jadi semacam curhat dadakan yang membosankan. Tentu saja akan membosankan, karena orang lain biasanya akan lebih tertarik mendengarkan tentang diri mereka dibanding tentang anda.
Namun, pola kesalahan semacam ini saya yakin hanya menjangkiti beberapa orang, terutama mereka yang kemampuan komunikasinya sangat rendah, dan anda pasti tidak termasuk di dalamnya. Namun, sayangnya, anda sering kali dalam komunikasi seiiring berjalanya interaksi yang dinamis, bisa saja muncul godaan untuk mengisi komunikasi dengan “terlalu banyak anda”. Tentu saja anda boleh membicarakan diri anda, apa lagi jika diminta, namun kalau “terlalu banyak anda” biasanya akan membuat komunikasi jadi membosankan.

Kurangnya Magical Touch
Pernahkah anda melakukan komunikasi selama hampir berjam-jam dengan seseorang, namun lawan bicara anda masih nampak dingin dan ssangat sedikit respon yang diberikanya sesuai dengan apa yang anda harapkan? Malah, cenderung ingin segera mengakhiri komunikasi membosankan tersebut.
Alasanya, selama anda berbicara anda terlalu banyak membicarakan hal-hal membosankan, hal-hal yang hanya ada di permukaan, hanya berbentuk informasi untuk otak saja, tidak sampai menyentuh hati. Sehingga lawan bicara anda tidak bergairah dengan pembicaraan anda, sama tidak tertariknya dengan anak sekolah yang mendengarkan penjabaran teoritis di siang hari.
Lalu apakah magical touch yang menjadikan komunikasi anda menyentuh hati dan tidak membosankan, sebaliknya penuh gairah dan dinamika interaktif? Sentuh emosinya! Jika pun anda memberikan informasi tentang produk atau jasa anda, tekankan keuntungan emosional yang bisa diraihnya. Misalkan pun anda sedang mendengarkan pembicaraan lawan bicara anda, maka sekedar memberikan reflection of feeling, mengkonfirmasi perasaanya saat itu akan cukup menggairahkanya.
Namun, jika terlalu banyak unsur emosional juga akan tidak baik, terutama jika nanti arahnya mulai “menggila” dan anda tidak bisa mengendalikanya.
Seseorang akan tersentuh dalam suatu interaksi jika emosinya, bagian-bagian dalam dirinya terwakilkan.

Tidak Melihat Sisi yang Tidak Diperlihatkan
Manusia adalah sistem yang dinamis. Manusia terdiri dari berbagai komponen, dan dalam melakukan inetraksi dengan orang lain, berbagai komponen kepribadianya ini ikut terlibat sehingga mengakibatkan adanya dinamika dalam komunikasi dan dinamika di dalam dunia internalnya.
Anda bisa melihat reaksinya, anda bisa mengamati cara berpakaianya, anda bisa melihat lingkunanya dan banyak komponen lain di luar dirinya, komponen kasat mata yang bisa anda perhatikan, yang dalam intensitas tertentu memang bisa mewakili kepribadian atau dunia internal orang tersebut.
Namun seseorang selalu memiliki lebih banyak hal dalam dirinya selain yang dapat diproyeksikanya ke dalam cara berpenampilan dan tananan ruangan atau susunan kata serta cara mengatakanya. Anda harus masuk lebih dalam, ke hal-hal instingtif dan hal-hal yang menjadi “hidden driving force” atau daya dorong tersembunyi dalam dirinya.
Anda harus melihat apa saja yang diinginkanya, apa yang dihargainya (values) keyakinan-keyakinan (beliefs) yang dimilikinya serta prioritas (criteria) kehidupanya. Kebutuhan dasar mana yang tidak mampu dia penuhi, ambisi-ambisi dan impian-impian terpendamnya serta berbagai hal penting dalam dirinya, yang jika kemudian hal-hal ini anda kaitkan dengan tujuan-tujuan persuasi anda, dampaknya akan sangat jauh lebih dahsyat dari yang anda kira.



Kehilangan Momentum
Selalu ada saat yang tepat untuk setiap hal. Manusia bereaksi dengan cara tertentu berdasarkan konteks percakapan dan inetraksinya, yang dalam konteks lain reaksi, sikap, pemikiran dan keputusanya bisa saja sangat berbeda. Selain itu, bahkan saat anda sedang dalam interaksi anda harus memperhatikan momentum kapan harus diam, kapan harus bicara, kapan harus memberi dan kapan harus meminta.
Bahkan jika anda telah melakukan rapport dengan baik, melakukan proses komunikasi yang sudah sesuai dengan strategi yang anda susun dan segenap rencana anda berjalan lancar, anda bisa saja gagal dalam closing jika momentum yang anda pergunakan kurang tepat, apa lagi sampai salah.
Momentum diamati berdasarkan dinamika state orang tersebut, dan tentu saja dinamika lingkungan dimana interaksi berlangsung. Ketepatan waktu adalah salah satu senjata ahli persuasi.
Banyak orang yang masih belum yakin dengan momentumnya dan menunggu bukan karena hasil pengamatan, namun karena masih ragu-ragu, karena masih sibuk dengan pikiran sendiri. Atau ada juga yang “main tembak” karena terlalu percaya diri. Ketepatan momentum didapat dari hasil analisa, bukan dari tebakan atau jebakan rasa percaya diri berlebih.

Terlalu Banyak atau Sedikit Kata ???
Ada orang yang dalam berinteraksi mengeluarkan begitu banyak kata, mengatakan begitu banyak hal dan menyampaikan begitu banyak informasi. Ada pula yang menjadi kebalikanya, sangat hening, hanya mendengar, terlalu sedikit kata, bahkan minim komentar.
Makah dari keduanya yang lebih baik?
Memang, hal yang “terlalu” jarang baik, namun bukan itu konsen anda. Hal yang harus anda perhatikan sebelum anda terlalu banyak atau terlalu sedikit bicara adalah, manakah yang direspon dengan baik oleh lawan bicara anda, dan yang direspon dengan lebih baik oleh lawan bicara anda maka itulah yang lebih baik. Bukan orang lain yang akan menentukan mana yang lebih baik aman yang buruk, namun respon lawan bicara anda.
Jangan pula terjebak oleh kalimat semacam “dia suka orang yang banyak bicara” atau “dia suka orang yang pendiam”, semua tergantung konteksnya, sebab ada saja saat seorang yang suka dengan orang yang banyak bicara menginginkan lawan bicara banyak diam. Penentu terbaik anda selalu adalah respon yang anda terima dari lawan bicara anda.

Kata-kata yang Tepat, Tapi Cara Mengatakanya yang Tidak
Anda memang harus memperhatikan dengan baik kata-kata yang anda pilih dan susunannya dalam sebuah kalimat, sebab efeknya bisa sangat jauh berbeda. Bahkan sebuah kata bisa memiliki efek yang sangat dahsyat, apa lagi sebuah kalimat atau sebuah paragraf. Namun ada juga hal yang anda perlu perhatikan dengan sama baiknya, yaitu bagaimana anda mengatakanya.
Cara anda mengatakan sebuah kalimat akan memberi jiwa dan kekuatan yang berlipat pada kata-kata yang anda pilih. Cara anda mengatakanya meliputi jeda yang anda tempatkan diantara kata atau kalimat, intonasi, tinggi rendahnya nada, serta tentu saja bahasa tubuh dan gestur yang mengantarkan kalimat-kalimat anda. Jika anda menyesuaikan pola kalimat yang anda pakai, menguatkanya dengan cara mengatakan yang tepat dan konteks yang sesuai, maka anda akan mendapatkan hasil yang anda harapkan.

Anda Tidak Bisa Masuk Ruangan yang Pintunya Belum Dibuka
Banyak yang memulai pembicaraanya terlalu dini, sebelum momennya tepat. Lalu kapan momen yang tepat untuk “memulai” itu? saat rapport sudah terbentuk, saat chemistry sudah terjalin. Rapport yang baik seperti membuka pintu sebuah rumah, membuka pintu pikiran. Anda tidak bisa memasuki sebuah rumah sebelum membuka pintunya, atau sebelum pemilik rumah membukakan pintunya untuk anda. Saat dimana pintu pikiran terbuka itu adalah saat dimana rapport dan chemistry sudah terjalin dengan baik.

Anda Tidak Harus Mengatakanya
Persuasi dan komunikasi tidak bergantung dengan kata-kata, walaupun kata-kata merupakan salah satu kekuatan dalam persuasi dan komunikasi. Alasanya, pikiran manusia tidak hanya mengolah informasi yang berasal dari kata-kata. Malah, kata-kata bisa menjadi sangat tidak efektif dalam mempengaruhi pikiran seseorang, terutama jika kata-kata tersebut tidak tersusun dalam pola yang menghipnotis.
Manusia berkomunikasi dengan simbol, dan memiliki kecenderungan untuk menyimbolkan sesuatu, entah dengan kata, gestur, gambar atau apa pun. Memanfaatkan cara kerja pikiran seperti itu maka kita bisa mempengaruhi pikiran orang lain baik dengan kata-kata yang tersusun dalam pola menghipnotis maupun dengan cara-cara lain untuk memasukan “data” ke pikiran bawah sadar tanpa harus mengatakanya.
Kata-kata menjadi lemah karena saat mendengar kata-kata tersebut pikiran akan langsung menganalisa, menilai dan menganalisisnya. Jika anda ingin kata-kata anda memiliki kekuatan maka kata tersebut harus disusun dalam pola yang tidak dapat dianalisa pikiran sadar dan langsung menembus bawah sadar. Selain itu, bagaimana kata tersebut diucapkan, gestur dan bahasa tubuh yang mengiringinya dan lainya pun harus diperhatikan secara detail.

Memanfaatkan Daya Dorong Luar Biasa
Kita tidak akan bisa menggerakan seseorang untuk mengikuti sebuah pemikiran, untuk memakai sebuah jasa atau memakai produk tertentu, jika kita tidak menggerakan “daya dorong tersembunyinya”. Kita hanya akan membuang-buang waktu dengan memberikan berbagai informasi dan pertimbangan, namun hasilnya nihil. Sebaliknya, bahkan tanpa penjelasan panjang lebar sekali pun, jika anda menyentuh daya dorong internalnya, yang akan menggerakanya dengan kuat, maka dia akan tergerakan.
Salah satu daya dorong dalam diri manusia, yang jarang disadarinya yaitu daya dorong instingtif, dorongan kebutuhan dasar dalam diri, baik kebutuhan-kebutuhan psikologis maupun kebutuhan biologis. Bahkan orang bersangkutan sering tidak kuasa membendung kebutuhanya sendiri, karena saking kuatnya. Nah, jika daya dorong ini dimanfaatkan dalam persuasi, maka bisa anda bayangkan sendiri bagaimana besar dorongan yang dihasilkan dalam persuasi anda.
Daya dorong instingtif, naluri-naluri dasar manusia juga menjadi begitu kuat karena doronganya yang sering tidak disadari, dan dengan mudah bisa menjadi tidak terkendali.

NB :
Tulisan ini merupakan salah satu cuplikan dari Buku "The Hitler Effect"
 

Acara Covert Conversational Hypnosis Pertama di Bali


Hypnosis dan Hypnotherapy sudah bukan lagi hal yang baru bagi rakyat Indonesia, sebab banyaknya didakan training atau pelatihan terkait. Para trainer dan praktisi di bidang tersebut pun sudah tidak jarang lagi ditemui. Namun demikian, bidang keilmuan hypnosis masih sangat luas, sehingga masih sangat banyak aspek keilmuan hypnosis yang belum banyak diajarkan.


Salah satu bidang keilmuan hypnosis yang masih sangat diajarkan di Indonesia yaitu Conversational Covert Hypnosis, yaitu salah satu bidang keilmuan hypnosis yang secara spesifik diaplikasikan sebagai sebuah metode komunikasi dan persuasi. Conversational Covert Hypnosis biasanya banyak diaplikasikan dalam bidang marketing (selling), coaching, therapy dan bidang-bidang komunikasi yang lain.


Hypnosis, secara sederhana dapat diartikan sebagai metode komunikasi yang mem-bypass factor kritis (critical factor) pikiran sehingga ide, informasi dan berbagai topic pembicaraan lainya bisa secara langsung masuk ke pikiran bawah sadar (subconscious mind) yang merupakan bagian pikiran dengan kapasitas 88%, dibandingkan dengan pikiran sadar (conscious mind) yang hanya 12% saja.
Dalam setting pelatihan hypnosis biasa atau pelatihan hypnotherapy umumnya, materi yag diajarkan biasanya hanya berfokus pada tools dan metode-metode transformative, yang dilakukan dalam kondisi trance, sedangkan dalam covert conversational hypnosis, yang juga disebut dengan waking hypnosis (meng-hipnosis dalam kondisi terbangun), sebab yang dikedepankan dalam pelatihan covert conversational hypnosis adalah pola bahasa (hypnotic language), menjalin keakraban atau keintiman (rapport building) dan berbagai materi komunikasi antar personal atau pun komunikasi massal.

Berbagai materi komunikasi yang bersifat sangat advanced ini merupakan materi yang sangat penting aplikasinya dalam bidang bisnis, personal, professional maupun sosial. Berdasarkan latar belakang tesebut,  maka UNTUK PERTAMA KALINYA DI BALI akan diadakan workshop Covert Conversational Hypnosis dari Indonesia Conversational Hypnosis.

Komunikasi dan persuasi merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan, sebab tidak ada manusia yang bisa tidak berkomunikasi satu dengan yang lain dalam kehidupanya. Dalam bidang apa pun, baik, personal,sosial, professional.dunia bisnis, marketing, penjualan dan sejenisnya sangat disemarakan oleh negosiasidan persuasi, dan Covert Conversational Hypnosis merupakan metode persuasi terselubung yang sangat powerful. Politik, pendidikan, media masa, kepemimpinan, dan berbagai bidang kehidupan lainya sangat bergantung pada kualitas komunikasi dan persuasi para praktisinya.

Komunikasi dan persuasi hypnosis terselubung (conversational covert hypnosis) merupakan salah satu metode persuasi yang masih belum banyak diajarkan di Indonesia, dank arena itu masih sangat tajam dan powerful, yang bisa diaplikasikan dalam setiap bidang kehidupan untuk meningkatkan kualitas kehidupan, kualitas hubungan, dan banyak hal luar biasa lainya.

MATERI PELATIHAN

Materi (outline) yang akan diberikan dalam pelatihan covert conversational hypnosis ini, adalah :

1.Rapport Building, yaitu cara-cara menjalin kedekatan dan keintiman dengan seseorang, baik melalui gerak gerik bahasa tubuh, active listening, pacing and leading dan lainya.

2.Conscious dan unconscious, mengungkapkan misteri pikiran sadar dan pikiran tidak sadar, bagaimana system pengelolaan informasinya, serta bagaimana mempengaruhinya.

3.Metaphor, yaitu bagaimana mempergunakan metafora dalam komunikasi dan persuasi untuk mempengaruhi pikiran orang lain secara elegent.

4.Emmbedded Commands atau perintah yang disisipkan merupakan salah satu kekuatan dalam persuasi hypnotic, sebab tanpa seseorang sadari, sebuah kalimat, percakapan, intonasi dan bahasa tubuh bisa membuat orang lain melakukan sesuatu yang kita perintahkan, dan akan dia anggap sebagai idea tau keinginanya sendiri.

5.Hypnotic Language, merupakan susunan pola bahasa, struktur kalimat dan percakapan yang sengaja disusun untuk mempengaruhi pikiran bawah sadar seseorang, tanpa mendatangkan ketidak nyamanan, kecurigaan namun sangat elegan, tersembunyi dan membuat percakapan menjadi menggairahkan.

6.Sleight of Mouth (Conversational Belief Changes), tidak seperti pelatihan covert hypnosis yang biasa diadakan ICH di luar Bali, pelatihan kali ini akan diperkaya juga dengan materi Sleight of Mouth yang merupakan bentuk pola komunikasi advanced gabungan dari NLP dan Hypnosis.

MANFAAT MENGIKUTI PELATIHAN INI


  1. Mengetahui bagaimana menjalin kedekatan instan dan intim dengan siapa saja, kapan saja dan dimana saja.
  2. Mengetahui bagaimana membujuk orang lain agar menyetujui ide anda, memberi anda dukungan, mengikuti keinginan anda serta membeli barang atau jasa anda
  3. Membangun karisma, wibawa dan otoritas dalam keluarga, sekolah atau lingkungan kerja
  4. Bagaimana mengkomunikasikan ide, pendapat atau saran anda secara elegan dan memastikanya diterima dengan baik.
  5. Membuat bawahan, siswa atau pendukung anda agar tunduk dan menurut pada anda
  6. Memotivasi dan menghancurkan keyakinan-keyakinan yang menghambat (limiting beliefs) orang lain hanya dengan kata-kata
  7. Merubah pola pikir serta mempengaruhi orang lain hanya melalui percakapan
  8. Menjadi pemimpin yang efektif dan efisien dan membuat bawahan anda berada di bawah kendali anda
  9. Menguasai pola bahasa hipnotis yang bisa anda pergunakan dalam mengajar, terapi, coaching, konseling, penjualan atau politik.
  10. Bagaimana menginduksi orang lain ke dalam trance-state hanya dengan percakapanSerta berbagai manfaat luar biasa lainya.



PENYELENGGARA & PEMBICARA

Acara Workshop Conversational Covert Hypnosis ini diselenggarakan untuk pertamakalinya di Bali oleh Alaka Foundation, dengan bekerja sama dengan Indonesia Conversational Hypnosis (ICH), dengan menghadirkan dua pembicara sekaligus, yaitu :

Idrus Perkasa Putra (Founder ICH, Master Trainer NLP, Certified Hypnosis Instructur) yang akan membawakan materi workshop Conversational Hypnosis Mastery.

Putu Yudiantara (Founder Alaka Foundation, Penulis, Mentor Online Course MindControlSchool.com, Hypnotherapist) yang akan membawakan materi Conversational Belief Change atau Sleight of Mouth.

Selain menjadi event Conversational Hypnosis Workshop pertama di Bali, acara ini juga dibawakan oleh dua orang trainer sekaligus, sehingga manfaat yang didapatkan jauh lebih optimal dengan berbagai fasilitas lainya.


INVESTASI PELATIHAN & FASILITAS

Sama sekali tidak diperlukan uang puluhan juta untuk menguasai ilmu ini seperti jika anda belajar ke luar negeri atau membeli berbagai produk sejenis di luar negeri.
Anda bahkan tidak perlu mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk memperoleh MANFAAT BESAR dari pelatihan ini, karena and juga akan difasilitasi dengan berbagai program pembayaran khusus ini :

Investasi Normal                     : IDR 2.000.000/ Orang
Early Birds                               : IDR 1.800.000/ Orang
Group Minimal 3 Orang         : IDR 1.500.000/ 3 Orang
Siswa, Mahasiswa, PNS          : IDR 1.600.000/ Orang

Sedangkan Fasilitas yang didapatkan para peserta pelatihan meliputi,

  • Sertifikat dari Alaka Foundation
  • Sertifikat dari Indonesia Conversational Hypnosis (ICH)
  • Modul Pelatihan
  • CD Rekaman Pelatihan (Optional)


SIAPA YANG HARUS MENGIKUTI PELATIHAN INI ???

Peserta Workshop Conversational Covert Hypnosis ini teramat sangat luas, sebab selain sebagai sebuah teknik persuasi terselubung, Conversatioal Covert Hypnosis juga merupakan metode komunikasi, dan tidak ada manusia yang bisa tidak berkomunikasi. Beberapa target atau sasaran peserta dalam workshop ini, yaitu,

  • Kalangan Bisnis
  • Sales agent
  • Guru/ Pendidik
  • Pemimpin Perusahaan, manager, HRD, dll
  • Politisi, Institusi Pemerintah, dll
  • Therapist, coach, konselor, psikolog
  • Kalangan professional
  • Siswa/ Mahasiswa
  • Dan setiap orang yang tidak bisa lepas dari komunikasi 


WAKTU DAN  TEMPAT

Waktu                         : Minggu, 28 Oktober 2012 Pk.  09.00-19.00 WITA
Tempat                        : Restaurant Budiani, Jln Bedugul 31 Denpasar


Kesuksesan manusia merupakan akumulasi dari berbagai keahlian, kecerdasan dan usaha keras, dan dari ketiga hal tersebut, komunikasi merupakan keahlian yang harus dilatih dengan cerdas sebagai bagian atau elemen penting (bahkan teramat sangat penting) yang menentukan kesuksesan seorang individu.

Workshop ini diadakan untuk memfasilitasi masyarakat Bali untuk dapat menguasai keahlian komunikasi dan persuasi yang bersifat advance untuk dapat dipergunakan seluas-luasnya dalam berbagai bidang kehidupan dan berbagai tujuan, untuk meningkatkan kualitas kehidupan dalam berbagai aspek dengan seoptimal mungkin.
Keikut sertaan berbagai pihak, baik untuk mendukung membantu terselenggaranya acara ini dengan sukses dengan berbagai bentuk dukungan atau ikut sebagai peserta pelatihan merupakan hal yang sangat diharapkan.





 

Authority and Blindness of True Believers, Catatan Kecil Hitler Effect


Salah satu metode masuknya sebuah ide atau kepercayaan sampai mengakar kuat dalam pikiran bawah sadar seseorang adalah ide atau kepercayaan yang disampaikan oleh figur yang dipadang memiliki otoritas.
Saat anda mendengar seorang pemulung kotor mengungkapkan ide-ide berkaitan dengan tata negara, maka tidak ada yang akan menganggapnya lebih dari sekedar ocehan burung. Namun saat ide-ide yang sama dikemukakan oleh seorang profesor tata negara atau tokoh yang dikagumi masyarakat, maka segera donasi dikumpulkan dan organisasi baru dibangun.



Saat pikiran menempatkan seorang sebagai figur otoritas, maka anda akan sangat sedikit mempergunakan logika dan rasio anda dalam mengolah informasi, ide dan berbagai kepercayaan yang disampaikan figur idola anda, bahkan cenderung memiliki kepercayaan buta pada apa pun yang disampaikanya.
Apakah tepatnya yang dimaksud figur otoritas?

Figur otoritas yang dimaksud tidak selalu seorang tokoh masyarakat atau pemimpin besar. Bahkan seorang tokoh besar pun tidak akan menjadi otoritas yang berperan dalam membangun pola pikir anda jika figur bersangkutan bukanlah figur yang secara personal anda hormati, segani dan kagumi secara emosional.
Cinta itu membuat yang tidak sempurna menjadi sempurna, demikian istilah yang sering kita dengar, dan demikianlah adanya. Saat anda mencintai seseorang, maka apa pun yang dilakukanya akan tampak baik, tampak menyenangkan, terasa membahagiakan bagi anda. Cinta itu membutakan, istilah yang lebih tepatnya.
Hal yang sama juga terjadi saat anda menjadikan seseorang sebagai figur otoritas yang memiliki pengaruh terhadap kondisi emosional anda. Saat seorang yang anda kagumi dengan sepenuh hati menasehati anda, memberikan anda ide-ide atau pemikiran baru, maka apa pun yang dikatakanya akan sangat sedikit anda kritisi, sehingga apa pun yang dikatakanya akan anda jadikan sebagai kebenaran dan anda ikuti dengan kepastian.

Pertama, mungkin anda perlu merenungkan kembali, siapa sajakah figur atau tokoh yang sangat anda kagumi, yang ide-ide dan pemikiranya sangat berpengaruh terhadap pola pikir anda? Mungkin seorang tokoh spiritual, seorang negarawan, budayawan, seorang coach atau therapist, atau malah seorang sahabat?
Semakin besar kekaguman anda pada tokoh-tokoh tersebut, maka akan semakin sedikit anda mengkritisi pemikiranya karena menurut anda “semua yang dikatakanya pasti benar”. Dalam setting dunia spiritual dan religius, malah anda akan bangga menjadi seorang “true believer” yang tidak lagi memertanyakan apa pun yang figur spiritual anda katakan, namun anda ikuti sepenuhnya dengan sepenuh ke-iman-an.

Ada istilah yang populer terhadap hal ini, yang jika anda cukup berani bisa anda coba,
"Pertanyakan semua hal yang figur otiritas anda katakan, nasehatkan atau lakukan?"

Celakanya, dengan memanfaatkan Teknik-teknik Bahasa Tubuh sederhana, pola bahasa yang sesuai dan metode komunikasi yang tepat, maka ke-figur-an atau toritas bisa dibangun dalam persepsi seseorang, dengan memanfaatkan teknik-teknik psikologi sederhana saja anda bisa menjadi seorang yang dianggap memiliki otoritas dan mendapatkan kepercayaan mutlak oleh orang lain.

Hitler, Martin Luther King Jr., Barack Obama dan para pemimpin besar lain tidak akan menjadi pemimpin besar jika mereka tidak berhasil menumbuhkan ke-otoritas-an pada para pengikutnya, dan malah, menumbuhkan authority pada khalayak ramai atau komunitas jauh lebih mudah dibanding menumbuhkan otoritas pada seorang individu.

Dalam Hitler Effect dibahas secara terperinci bagaimana otoritas publik atau personal bisa ditumbuhkan dengan tahapan yang mudah dan teruji. Hanya saja kemudian, bagaimana otoritas ini dipergunakan, akan memberi pilihan seperti yang para pemimpin besar yang telah disinggung di atas telah sampaikan, mau dijadikan seperti Hitler, atau malah mau semulia Mahatma Gandhi???

Selalu, anda yang menentukan pilihanya ...

 

Magic of Story Telling, Cara Mudah Mengarahkan Cara Pikir Orang Lain


Manusia suka mempergunakan imajinasinya, meski sebagian lagi akan menyangkal hal itu. Manusia juga suka mempergunakan pikiranya sendiri untuk menterjemahkan segala hal dalam kehidupanya, memberinya makna, mengatikan berbagai kejadian, dan berbagai hal terkait penyimpulan atau pendeskripsian sesuatu.
Bukan hal baru lagi kalau manusia tidak suka dinasehati, meski pun pada saat-saat mereka memerlukan nasehat.



Dinasehati atau digurui membuat manusia merasa dirinya lebh rendah, dan bahkan direndahkan oleh orang yang menasehati atau mengguruinya, dan hal ini menyebabkan egonya, kebutuhan untuk menjadi superior dan kebutuhan akan kebanggaan menjadi berkurang. Bahkan manusia sangat mudah menjadi tersinggung, bahkan marah atas nasehat yang diberikan padanya, yang bisa jadi sangat memberdayakanya.

Hal ini sudah menjdai kecenderungan dasar alamiah manusia, dan sebagai komunikator, sebagai operator mind control kita tidak akan “membenturkan” diri dengan kecenderungan alami ini, keseluruhan prinsip dasar persuasi yang efektif, baik itu hipnotis terselubung dan Hitler Effect tidak akan mengabaikan kecenderungan alami ini, justru memanfaatkanya dalam persuasi dan komunikasi, sehingga menghasilkan efek dan outcome yang diinginkan.


Bentuk komunikasi dan persuasi yang elegan adalah bentuk komunikasi yang mempergunakan segenap kondisi objek untuk mencapai tujuan kita (utilisasi) dan melakukanya dengan terselubung.
Pertanyaanya kemudian, bagaimanakah kita bisa melakukan persuasi yang dahsyat tanpa menyinggung salah satu kebutuhan dasar manusia untuk merasa bangga, kecenderungan untuk selalu melindungi dirinya (ego defence mechanism), melakukanya dengan terselubung, tanpa mereka ketahui atau sadari, namun menghasilkan outcome yang kita inginkan?

Jawabanya tentu adalah story telling.

Cerita dan analogi memiliki kekuatan yang sangat dahsyat, memiliki efek transformatif yang tajam, dan merupakan salah satu metode persuasi dan komunikasi yang sangat elegan. Hampir tidak ada pembicara unggul yang melewatkan teknik ini dalam praktik komunikasinya.

Anda pasti telah mengetahui popularitas buku Chicken Soup for The Soul dari Jack Canfiled, Si Cacing dan Kotoran Kesayanganya serta berbagai buku sejenis (berbentuk cerita-cerita dan anekdot) yang memiliki tingkat penjualan yang sangat tinggi, meramaikan setiap toko buku dan menjadi incaran dimana-mana.

Apakah penyebabnya?

Pertama, tentu saja karena dengan disampaikan dalam bentuk cerita, tidak ada yang akan merasa digurui atau dinasehati, membaca motivasi dan buku-buku self-help yang disajikan dalam bentuk cerita memungkinkan setiap pembaca tetap merasa nyaman, dengan dirinya sendiri, bukan mengasosiasikan ketidak nyamanan pada penulis (dan pembicara).

Kedua, cerita dan analogi akan memancing transderivational search seseorang, membuat seseorang melakukan ‘perjalanan ke dalam dirinya sendiri’, memergunakan imajinasinya secara bebas, kemudian menemukan sendiri “nasehat” yang diperlukanya, sehingga dia menasehati dirinya sendiri.

Ketiga, menemukan sendiri makna, arti dan “nasehat” dalam sebuah cerita menjadi sebuah bentuk kebanggaan pada sanga pembaca atau pendengar, dan membuatnya senang.
Keempat, cerita dan analogi juga akan memancing emosi untuk ikut terlibat, sehingga kemungkinan internalisasi sebuah nilai atau “pesan” akan lebih tinggi, pesan yang didaptakan akan lebih mudah masuk ke pikiran bawah sadar.

Kelima, mempergunakan cerita (yang menarik) juga akan lebih menarik sehingga fokus dan konsentrasi yang didapat saat mendengarkan sebuah cerita menjadikan sang pendengar atau pembaca mengalami light trance.
Segitu saja, dan semua alasan itu cukup untuk menjadikan penyampaian pesan melalui media cerita cukup efektif, efisien dan kuat pengaruhnya.

Sebuah cerita dan analogi memang sengaja disusun untuk mengarahkan cara pikir dan kesimpulan seseorang, mengarahkan asosiasinya. Bagaimana sebuah ide (misalkan; persahabatan, memaafkan, membenci, mendendam dan lain sebagainya) dibungkus dalam sebuah cerita, alur cerita, penokohan, prolog, epilog, bagaimana ceritanya disampaikan (dengan embedded commands), bagaimana penokohanya, ending dan detail lainya akan sangat menentukan ide apa yang diterima oleh penbaca atau pendengar.

Jika anda ingin membuat seseorang berpikir bahwa saling membantu bukanlah hal yang baik (misalkan saat seseorang membantu musuh anda), maka sampaikan sebuah cerita bagaimana upaya dan niat membantu malah berakhir dengan ending menyedihkan. Contoh ceritanya, misalkan seorang yang berusaha membantu ‘persalinan’ kupu-kupu dengan silet malah membuatnya mati. Namun jika anda ingin seseorang menginternalisasikan betapa pentingnya saling menolong, maka menyampaikan cerita bagaimana bantuan seteguk air memperpanjang kehidupan seorang pria yang tersedak bisa membantu, atau misalkan dengan cerita fenomenal Pay It Foreward.

Bagaimana ending sebuah cerita memang menentukan bagaimana kesimpulan yang akan diambil oleh pendengar/ pembaca, namun lebih penting lagi adalah bagaimana sebuah cerita disampaikan dengan semaksimal mungkin mempengaruhi emosi pendengar, lihat respon psiko-fisiknya, perhatikan keterlibatan dan fokusnya dalam cerita tersebut, dan anda akan tahu bagaimana dia akan menyimpulkan cerita yang anda sampaikan, dan sedalam apa kesimpulan tersebut mempengaruhinya.

Buat atau pilihlah cerita dengan  kejelian, dan sampaikan dengan selera seni yang tinggi, maka pikiran pendengar anda akan dengan mudah dipengaruhi olehnya, membuatnya menginternalisasikan sendiri  ide-ide yang memang ingin anda tanamkan.

Dalam artikel berikutnya, saya akan menyampaikan bagaimana secara spesifik dan aplikatif teknik ini bisa diterapkan.
 

The Magic of Victims-Club


Salah Satu Metode Manipulasi Pikiran Andalan Adolf Hitler
Setelah beberapa hari saya tidak membagikan trik dan tips persuasi pada anda, sekarang saya akan membagikan sebuah metode yang lebih advance untuk anda, sebagai perwujudan rasa bersalah saya, dan menyenangkan anda para pengunjung website ini. Saya akan memberikan bocoran tentang Hitler Effect, metode manipulasi dan pengendalian pikiran andalan MindControlScool.com.

Saya akan mengawali artikel ini dengan sebuah fenomena, fenomena yang banyak diantara anda mungkin sempat saksikan.



Jika anda orang Bali, lebih spesifik lagi, orang Denpasar, atau lebih spesifik lagi, orang Renon, dan telah lama tinggal di Jakarta, kemudian bertemu sesama orang Renon, maka apa yang terasa? Seketika itu anda akan merasakan kedekatan dan keterhubungan batin dengan orang tersebut bukan?

Jika anda, pernah bekerja di sebuah perusahaan, dan kemudian keluar dari perusahaan tersebut karena perlakuan tidak mengenakan atasan di perusahaan bersangkutan, apa yang terjadi? Seketika ada kedekatan batin tumbuh antara anda dengan orang bersangkutan.

Apa yang menyebabkan demonstrasi antar sesama warga korban lumpur Lapindo? Karena memiliki kesamaan dalam hal sama-sama menjadi ‘korban’ atas musibah tersebut.

Apa yang menyebabkan Hitler berhasil mempersuasi dan mempengaruhi rakyat Jerman untuk mendukungnya sebagai penguasa? Hitler memainkan permainan yang sangat berbahaya, menempatkan mereka semua sebagai korban, korban atas kekalahan dalam perang dunia pertama yang membuat mereka mengalami semua penderitaan yang sedang dialaminya.

Luka masa lalu dan rasa sakit yang pernah dialami merupakan senjata yang sangat ampuh jika digunakan untuk ‘menggerakan’ pemikiran orang lain. Bahkan terlalu ampuh untuk dilewatkan dalam proses persuasi dan mind control anda.

Mengumpulkan orang-orang dalam satu kelompok, terutama kelompok korban akan membuat mereka memiliki satu rasa dan kebersamaan. Mereka tiba-tiba akan menjadi satu keluarga sekaligus sahabat dekat, sebab mereka sama-sama merasa dimengerti oleh yang lainya, karena memiliki latar belakang pengalaman yang sama. Mereka merasakan kenyamanan untuk saling bercerita dan berbagi pengalaman mereka dengan orang yang telah sama-sama mengalaminya.

Selain menciptakan kedekatan emosional yang instan, menciptakan kebersamaan dan kesamaan, mereka juga merasa saling memahami, dan saling mengerti, meski mungkin kenyataanya tidak. Semua itu menggiring pada kenyamanan emosional berada dalam komunitas tersebut. Maaf, saya harus mengulangi penjabaran poin pentingnya.

Hal lainya, mereka bisa sama-sama merasakan lonjakan emosional. Mereka bisa sama-sama ‘menikmati’ emosi dengan intensitas yang sama, yang lagi-lagi hal ini menguatkan chemistry yang telah terjalin antara mereka.

Dalam lonjakan emosional yang tinggi dan rasa kebersamaan yang membangun kepercayaan satu dengan yang lain, maka pertimbangan rasional menjadi makin lemah dan tingkat sugestibilitas (kemampuan menerima sugesti/ keterbukaan untuk dipengaruhi) juga menjadi semakin tinggi. Hal ini adalah kesempatan emas untuk menanamkan ide-ide baru pada mereka.

Bahkan para teroris pun menerapkan salah teknik ini sebagai salah satu teknik pencucian otak dan manipulasi pikiran mereka. Mereka (para Teroris itu) memainkan permainan yang juga dimainkan oleh Hitler.
Lihatlah, bagaimana para teroris sama-sama menjadi seorang muslim yang telah dianiaya dan diperlakukan secara tidak adil oleh pihak Amerika. Mereka sama-sama menjadi korban kekejaman dan kekuasaan Amerika, yang kemudian, tumbuh diantara mereka kebencian mendalam pada Amerika dan rasa kasihan pada Muslim lainya, yang tinggal di Palestina. Dalam setiap rekamannya, mereka senantiasa meneriakan hal ini.

Jika anda, yang membaca sejauh ini adalah seorang Muslim, mungkin ada yang kemudian bereaksi membenarkan betapa tidak adilnya Amerika dan betapa menderitanya Kaum Muslimin Palestina. Jika demikian, berarti anda telah membuktikan sendiri bagaimana kuatnya daya dorong yang dihasilkan oleh Victims-Club ini, bukan?

Saya tidak sedang berbicara mengenai agama, kalangan agamais atau kebijakan antar bangsa. Saya sedang melakukan analisis psikologis, dan mohon jangan sampai ada kesalah pahaman.

Menempatkan semua masyarakat Jerman sebagai sesama korban perang, memerankan diri sebagai sang penyelamat, dan menumbuhkan kebencian pada Kaum Yahudi sebagai penyabab semua penderitaan itu membuat Hitler sukses menjadi penguasa Jerman.

Luka yang paling mendalam adalah senjata yang paling hebat dalam melakukan mind control.
Lalu bagaimana halnya dengan memanipulasi pikiran orang lain secara personal (bukan grup atau kelompok)?

Tujuan dari vintims-club adalah untuk merasakan kebersamaan, kesamaan (pacing), perasaan saling memahami dan kepercayaan dari pihak “lawan”. Dalam setting komunikasi yang face-to-face anda bisa menempatkan diri anda dan objek anda dalam ‘satu club’. Anda bisa menempatkan diri anda sebagai orang yang sama-sama pernah mengalaminya.

Apakah ini juga berarti berbohong?

Bisa iya, namun tidak harus, sama sekali tidak harus. Membangkitkan sensasi emosional tidak harus dilakukan dengan mengalami satu pengalaman yang persis sama. Anda bisa mengalami hal lain yang memang dekat dengan pengalaman nyata yang pernah anda alami, yang juga mendorong sensasi emosional yang sama.

Anda tidak harus menjadi korban kebangkrutan sebuah perusahaan untuk bisa sama-sama berada dalam victim club. Karena yang anda perlukan adalah emosinya, bukan pengalamanya. Esensi perasaan yang dihadirkan kebangkrutan bisnis bisa sangat beragam; rasa malu pada lingkungan, rasa bersalah pada keluarga (mungkin perusahaan warisan orang tua yang bangkrut sehingga merasa bersalah pada orang tua karena tidak bisa menjaga perusahaan), ketakutan pada jaminan masa depan, dan berbagai kemungkinan lainya.

Hal pertama yang harus anda lakukan setelah anda menemukan substansi emosional dari pengalaman itu adalah mencari-cari pengalaman yang serupa dan menggiringnya pada kondisi emosional yang persis sama. Misalkan saja, kondisi emosional dari kebangkrutan adalah rasa malu pada kolega, maka anda bisa mencari pengalaman yang membuat anda merasa malu pada kolega anda, kemudian yang menjadi fokus pembicaraan adalah rasa malu pada kolega tersebut.

Menggiring objek anda untuk masuk ke victim club memerlukan  kelihaian untuk memancing dan menganalisa emosi di balik pengalaman. Melakukanya sama seperti bermain pedang, yang bisa menusuk korban anda tepat di jantungnya, atau bisa juga malah anda yang tertusuk.

Praktikan mulai dari orang-orang terdekat anda, dan kembangkan skill sampai anda bisa mempraktikanya pada setiap orang, dan kemudian anda akan menemukan bagaimana cara mempraktikanya pada kelompok atau masyarakat, lembaga bahkan negara.

 

Pavlovian Mind Control Method, Salah Satu Metode Pengendalian Pikiran Paling Tua



Ivan Pavlov (1849-1936), seorang psikolog aliran Behaviourisme jenius dari Rusia, juga  adalah salah satu nama yang sangat populer dalam dunia psikologi, karena percobaan yang dilakukanya terkait bagaimana perilaku dapat dikondisikan atau dimanipulasi (Operant Conditioning Method). Percobaan ini merupakan salah satu eksperimen paling tua berkaitan dengan manipulasi perilaku.



Ivan Pavlov melakukan percobaan mengenai manipulasi perilaku dengan anjing, dimana saat anjingnya berperilaku baik maka dia akan memberinya hadiah (reward) dan saat anjingnya berperilaku tidak sesuai dengan apa yang Pavlov harapkan, maka akan diberikanya hukuman (punishment). Alhasil, anjing tersebut membuat penyesuaian perilaku dengan pengkondisian Pavlov, karena dia menghindari hukuman dan mencari hadiah (reward).

Apakah hasil eksperimen Pavlov ini masih bisa dan masih relevan diterapkan untuk manusia moderen? Masih bisakah teknik ini dipakai sebagai salah satu metode manipulasi pikiran dan perubahan perilaku?
Jawabanya, TENTU BISA.

Memang harus diakui bahwa hasil eksperimen Pavlov ini banyak dipakai untuk melatih hewan-hewan sirkus, namun bukan berarti tidak bisa dipakai untuk manusia. Sekolah adalah salah satu instansi yang banyak memakai hasil percobaan ini. Mungkin anda masih ingat, bagaimana sekolah sangat menyeimbangkan dan memperhatikan pemakaian rewards and punishment ini.

Oh, kalau begitu ini pastilah bukan teknik yang hebat, karena sudah terlalu banyak dipakai dan banyak yang tidak berhasil?

Banyak dipakai dan banyak yang tidak berhasil? Memang. Tidak hebat? Tentu sangat tergantung ketepatan pemakaianya. Bukan tekniknya yang harus disalahkan, namun operatornya.

Salah satu orang yang mengembangkan bagaimana reward dan punishment ini bisa menjadi teknik untuk mengahncurkan pola perilaku lama dan membentuk perilaku baru adalah Anthony Robbins. Anda tentu kenal dengan dedengkot para motivator ini, bukan?

Anthony Robbins mengembangkan sebuah sistem terapi dan pemberdayaan diri dengan prinsip kerja yang sama dengan Operant Conditioning yang disebutnya NAC (Neuro Associative Conditioning), yang mana bahkan Lady Diana (almarhum) pernah ditreatment dengan tekniknya ini. Prinsip kerjanya, sama seperti prinsip kerja Anjing Pavlov adalah adanya kecenderungan manusia untuk selalu menghindari kepedihan (punishment, ketakutan, rasa sakit dan semacamnya), serta mengejar kebahagiaan (reward, pemuasan, kebanggaan dan semacamnya).

Masih sebagai salah satu hasil eksperimen yang dikembangkan oleh Ivan Pavlov, Richard Bandler dan John Grinder mengembangkan salah satu tools paling terkenal dari NLP, yaitu anchoring.
Ternyata, masih sangat berdaya guna prinsip-prinsip perubahan perilaku dan manipulasi pikiran ala Pavlov, bukan?

Nah, sekarang, yang perlu sangat sangat diperhatikan dalam memakai teknik ini secara powerful adalah ketapatan, kejelian dan jangan berpatokan menjadikanya teknik semata, namun buatlah improvisasi seni, yang memungkinkan baik operator maupun subjek mind-control bisa mendapatkan apa yang diinginkanya.
Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam pendayagunaan teori Behaviorisme ini sebagai mind control tools adalah dengan memperhatikan intensitas perilaku dan emosi saat perilaku dan emosi tersebut muncul. Reward, misalkan dalam bentuk pujian dapat diberikan secara terselubung saat perilaku yang diinginkan muncul, misalkan, anda ingin pasangan anda menjadi seorang yang perhatian, maka saat pasangan anda menunjukan perilaku bersangkutan, saat ini (tepat saat perilaku tersebut muncul) pujilah dia,
“wah, diperhatikan seperti ini aku merasa sangat beruntung menikahimu. Aku selalu tersentuh dengan caramu memperhatikanku”

Dua hal yang harus diperhatikan dalam memberikan reward berupa pujian adalah, mengungkapkan emosi anda, betapa senangnya anda dengan perilaku tersebut, dan mengatakan hal-hal indah berkaitan dengan perilaku yang muncul tersebut.

Jika anda tidak ingin mengungkapkan pujian, cukup ungkapkan rasa terimakasih dengan ekspresi yang tidak biasa, ekspresi yang senang, ekspresi yang hanya muncul saat perilaku berkaitan muncul.
Anda juga bisa memberikan reward dengan memberikan hadiah kecil sebagai bentuk reinforcement dari perilaku yang diinginkan tersebut.

Bagaimana dengan punishment?

Punishment atau “hukuman” yang efektif adalah punishment yang bersifat emosional, atau, membuat subjek anda merasakan rasa bersalah berkaitan dengan tidak munculnya perilaku yang diharapkan tersebut. 

Memberikan punishment yang efektif dan tidak menyebabkan konflik merupakan seni tersendiri, sebab jika anda tidak memperhatikan bagaimana punishment diberikan, maka alih-alih menjadi bentuk pendukung terhadap upaya mind control anda, hal itu malah akan menyebabkan konflik.

Dalam artikel berikutnya saya akan mengemukakan bagaimana tepatnya teori Behaviorisme ini bisa dipergunakan sebagai tool mind control, bagaimana mempergunakanya dengan tepat dan bagaimana mempergunakanya secara terselubung mungkin
 

Pujilah Dengan Tepat, Atau Tutup Mulut Anda : Cara Memberikan Pujian yang "mematikan"


Dimulai dari rezim persuasi ala Dale Carnegie, banyak yang mengagung-agungkan pujian dan bagaimana mempergunakan pujian dalam persuasi dengan harapan orang yang dipuji akan menjadi sangat senang lalu membeli produk kita, menaikan jabatan, atau jatuh dalam kendali kita.
Benarkah semudah itu?


Pujian, masih menjadi sarana persuasi yang sangat manjur, namun telah kehilangan banyak kekuatanya. Selain itu banyak kalangan yang mengandalkan pendapatan dengan “pujian” ini belum memiliki skill dalam memberikan pujian, sehingga pujian yang diberikanya malah menjadi boomerang yang membuatnya bukanya mendapatkan predikat ramah dan baik, namun “penjilat”.

Memuji adalah seni, seni yang memiliki teknik yang harus diketahui dengan baik. Kita tidak bisa memberikan pujian asal-asalan dan berharap hasil luar biasa akan datang.

Lalu, bagaimanakah cara memberikan pujian yang mematikan, pujian yang pasti membuat orang yang mendengarnya langsung melayang-layang?

Oke, saya tidak akan berbelit-belit, mari kita langsung menuju pada tekniknya.

Pertama, jika anda ingin memberikan pujian secara langsung, anda tidak boleh hanya mengandalkan mulut anda. Jangan memberikan pujian dengan hanya sekedar berkata “wah, ibu nampak cantik sekali hari ini”, pujian macam ini lebih mungkin dianggap jilatan rendah saja.

Pujian tidak harus diberikan dengan kata-kata panjang, dan memang jangan panjang-panjang, bahkan tidak harus mempergunakan kata-kata.

Jika atasan anda lewat, atau prospek, atau siapa pun yang ingin anda puji, pertama-tama, biarkan mata anda yang memujianya, lemparkan tatapan mata penuh kekaguman, tatapan mata yang menampakan keheranan, misalkan karena cara berpakaian atau dandanan, atau gaya rambut prospek anda.

Jika prospek anda menyadari anda menanatap aau sekedar melihatnya dengan lirikan heran dan kagum, maka dia sudah mendengarkan pujian terselubung anda.

Bagaimana membuat efeknya menjadi berganda?

Lemparkan senyum tipis yang menandakan betapa terpesona dan kagumnya anda pada prospek anda itu.
Jangan kotori pujian non-verbal anda itu dengan kata-kata panjang lebar, cukup katakan kalimat singkat saja,
“wah, ibu nampak lebih cantik dengan setelan busana itu”,
Lihat bedanya dengan kalimat “wah ibu nampak lebih cantik hari ini?” di atas? Bedanya adalah, kalimat sebelumnya sangat general, terlalu umum. Sedangkan dengan kalimat kedua ini, apa lagi yang dilemparkan setelah anda memberikan pujian terselubung, anda memuji aspek tertentu yang memang tidak biasa dari si ibu-ibu itu.

Lalu bagaimana cara memberikan pujian yang lebih mematikan?

Caranya adalah, jangan memberikan pujian itu di depan orang yang anda ingin puji, berikan pujian itu belakangnya. Tidak ada orang yang senang digossipkan, kecuali jika gosip itu menyenangkan. Jadi, buatlah gosip di belakang atasan anda, kemudian biarkan pujian yang berbentuk gosip itu didengarnya.

Cara lain memberikan pujian yang lebih halus dan tidak terkesan menjilat adalah, pujilah si A di hadapan si B. jadi, anda memberikan pujian tidak langsung dengan mengatakan betapa mengagumkanya si A, dan anda mengatakan hal itu bersama si B.

Titik kekuatan pujian bukanlah kata, tetapi bagaimana kata tersebut diungkapkan. Banyak agent penjualan atau pegawai yang karena ingin mencari muka kemudian dengan wajah merendah dan mimik ragu-ragu memberikan pujian pada atasanya, yang akhirnya membuat pujianya menjadi basi.

Katakan kekaguman anda dengan wajah yang memang mencirikan kekaguman. Jika mulut anda mengatakan seseorang begitu hebat, maka harusnya mata anda menatap kehebatan orang tersebut sebelum mulut anda mengatakanya.

Sekarang, silahkan anda pilih, sesuaikan (jangan asal telan) dan praktikan tips di atas, lalu lihat betapa besarnya perbedaan yang dibawanya.
 

TRAILER MINDCONTROLSCHOOL.COM


 

Pain-Based Mind Control Technique : Belajar dari Film Batman The Dark Knight


Jika anda sudah pernah menonton film Batman The Dark Knight, anda akan tahu bagaimana rasa sakit, kepedihan masa lalu dan kekecewaan mendalam dari seseorang bisa dengan mudah dipergunakan sebagai sarana untuk mengendalikan pikiran orang tersebut.

Dalam alur cerita Batman Dark Knight, menjelang endingnya, Joker sebagai tokoh antagonis psikopat telah tertangkap oleh polisi, dan bahkan telah berada di penjarakan dengan kerja sama para pembela kebenaran, yaitu Batman, kepala polisi Gotham, Jaksa wilayah Gotham Harvey Dent dan pacarnya (yang juga adalah mantan pacar Brce Wayne Sang Batman), Rachel Dawes. Namun tanpa mereka sadari, Joker telah membuat ide licik lain.

Meski pun Joker telah tertangkap, namun psikopat jenius yang panda mempermainkan emosi orang ini telah menculik Harvey Dent dan Rachel Dawes, dan Batman hanya memiliki kesempatan untuk menyelamatkan salah satunya. Demi Gotham, mereka menyelamatkan Harvey Dent, sebagaimana yang telah diperkirakan oleh Joker, dan Rachel akhirnya mati dalam ledakan di gudang minyak tersebut.

Namun apa yang kemudian terjadi?

Joker baru saja menemukan salah punggawa dan budak kejahatan baru, Harvey Dent, yang tadinya adalah salah satu pahlawan Kota Gotham yang aktif memerangi kejahatan.

Bagaimana Joker merubah seorang malaikat menjadi iblis yang sangat kejam yang telah banyak membunuh tokoh lain?

Film ini telah mengungkapkan salah satu metode manipulasi dan pengendalian pikiran yang paling dahsyat, yaitu pengendalian pikiran (mind control) dan pencucian otak (brainwashing) berbasis trauma masa lalu dan kekecewaan mendalam. Teknik ini banyak digunakan kalangan teroris dalam mencuci otak para "korbannya"

Harvey Dent sangat kecewa karena dia berharap teman-temanya (Batman dan kepala Polisi Gotham) menyelamatkan Rachel, kekasihnya, namun mereka menyelamatkan dirinya. Bukan hanya itu, wajah Dent pun terbakar setengahnya, yang membuat dia mendapat julukan Harvey Two Face.

Joker datang ke rumah sakit dan mengatakan pada Harvey Dent, bahwa mereka (Joker dan Dent) hanyalah “korban”, korban dari kepentingan-kepentingan berbagai institusi Kota Gotham, baik itu geng mafia, kepolisian, bahkan Batman. Joker berhasil menempatkan dirinya dalam satu posisi dengan Dent, memanfaatkan trauma dan kekecewaan Dent (utilisasi) untuk memanipulasi emosinya, kemudian mengeluarkan sisi tergelap manusia, yaitu kemarahan dan menyalurkanya dalam dendam.

Menempatkan diri sebagai "sesama korban" memberi pengaruh besar pada psikis korban, sebab dengan sama-sama memposisikan diri sebagai korban, maka akan terbentuk jalinan emosi instan antara keduanya, yang memungkinkan keduaanya bisa saling mempengaruhi, ini merupakan salah satu metode rapport yang sangat kuat, namun tidak banyak diajarkan, karena tidak bisa sembarangan digunakan.

Tentu saja semua alur ini sudah direncanakan oleh Joker, bagaimana dia akan membingkai ulang apa yang Dent rasakan, Joker bahkan dengan piawai mengarahkan Harvey Dent untuk menyalurkan kekecewaan dan dendamnya pada musuh-musuh Joker.

Kondisi emosional dan kekecewaan mendalam merupakan salah satu titik lemah dan blindspot pikiran manusia, yang pada saat seseorang sedang berada dalam kondisi emosional mendalam, maka pikiran bawah sadarnya akan terbuka, dan data sepalsu apa pun akan mudah dimasukan.
Kekecewaan dan kepedihan masa lalu merupakan kenangan yang kebanyakan manusia tidak ingin ingat dan bahkan pendam dalam hatinya, yang membuat semua rekaman ini menjadi bom waktu yang akan meledak saat pemicunya ditarik, yang akan membuat dirinya menjadi lemah dan mudah dimanipulasi.

Saat kekecewaan dan kepedihan masa lalu ini dipendam jauh-jauh dari pikiran manusia, maka dia tidak lagi memahami dan mengerti akan semua ini, menjadi bagian dari sisi gelapnya. Kemudian, jika ada orang-orang yang dengan piawai, dengan bahasa yang emosional dan pola bahasa yang tepat mempermainkan emosi terpendam ini, memberinya makna baru, bahkan makna yang sebenarnya hanya disesuaikan dengan kepentingan sang pemberi makna, anda akan jatuh.

Banyak orang yang jatuh ke dalam kelompok spiritual tertentu, sebab kelompok-kelompok spiritual biasanya sangat pandai dalam memberi makna baru atas suatu kejadian, pandai membingkai ulang sisi gelap kepedihan masa lalu. Banyak juga yang akhirnya terjebak menjadi iblis seperti Harvey Dent, sebab cara pengelolaan informasi dan pembingkaian ulang yang didapatnya adalah berkaitan dengan dendam dan kemarahan.

Bagaimanakah kita bisa mengetahui sisi traumatis seseorang, sisi gelap yang berasal dari kepedihan masa lalunya? Kemudian bagaimana kita bisa membingkai ulang kekecewaan dan kepedihan masa lalu itu untuk kepentingan kita? Bagaimana teknik dan trik yang paling mudah?

Artikel berikutnya akan mengungkapkan hal ini, setahap demi setahap, dan bahkan banyak teknik dan trik lain yang jauh lebih powerful.

yang jelas, inilah pelajaran mind control, cuci otak dan manipulasi pikiran yang bisa kita ambil dari Sang Joker, pertama, menempatkan diri sebagai sesama korban, sama-sama teraniaya dan sama-sama menderita, kemudian memanfaatkan kekecewaan dan kepedihan mendalam korban untuk memanipulasi pikiranya.